Senin, 23 Juni 2014

contoh laporan teknologi sediaan farmasi



LABORATORIUM FARMASEUTIKA
PROGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP
TEKNOLOGI FARMASI

OLEH :
KELOMPOK IV

Asisten : Nielma Auliah.,S.Si.,Apt.


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014

KELOMPOK IV

Ø  Rahayu Juwita                                  (13 3145 401 029)
Ø  Riska Dulla                                        (13 3145 401 030)
Ø  Sasmita                                               (13 3145 401 031)
Ø  Selvinayanti                                       (13 3145 401 032)
Ø  Sulfia ningsih                                     (13 3145 401 033)
Ø  Sri Putriyanti                                     (13 3145 401 034)
Ø  Tifani Seplika Bara                           (13 3145 401 035)
Ø  Sri Windayani                                   (13 3145 401 018)
Ø  Nining Suryaningsih                         (13 3145 401 036)
Ø  Nur Fauziah.B                                   (13 3145 401 037)












KATA PENGANTAR


            Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas limpahan Rahmat dan penyertaanNya kami dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum ini tepat pada waktunya. Adapun isi dari laporan kami yaitu membahas tentang teknologi sediaan semi solid dan liquid yang meliputi LARUTAN, SUSPENSI dan EMULSI. dimana dalam dunia kesehatan pengetahuan tentang materi ini sangat diperlukan terutama dalam dunia farmasi. Dalam tahap dunia kerja peran pengetahuan ini juga masih berlanjut. Oleh karena itu dalam makalah ini kami menyajikan materi ini secara lengkap.
            Dengan terselesainya laporan ini, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam penyelesaiannya. Seiring dengan hal tersebut kami sebagai manusia biasa juga menyadari akan segala kekurangan didalamnya. Olehnya itu sumbang saran sangat kami harapkan dari teman-teman yang lain maupun dosen mata kuliah yang bersangkutan dalam rangka penyempurnaan laporan-laporan berikutnya.
            Akhirnya, kami selaku penyusun mengharapkan semoga laporan ini dapat berguna bagi kita sekalian.

                                                                                    Makassar,12 Juni 2014

                                                                                    Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN


            Laporan lengkap praktikum “Teknologi Sediaan Farmasi” diajukan memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Mata Kuliah Teknologi Sediaan Farmasi- Jurusan DIII Farmasi Stikes Mega Rezky Makassar.
            Adapun percobaan yang dilakukan:

No
Nama percobaan
Tanggal praktikum
Asisten
Paraf
1.
Formulasi Elixir Parasetamol
08-05-2014
Nielma Auliah., S.Si., Apt

2.
Formulasi Suspensi Asam Mefenamat
22-05-2014
Nielma Auliah., S.Si., Apt


3.
Formulasi Emulsi Parafin Liquidum
05-06-2014
Nielma Auliah., S.Si., Apt




Makassar, 12 juni 2014
Koordinator praktikum,


     (Nielma Auliah, S.Si., Apt)
LABORATORIUM FARMASETIKA
POGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR


LAPORAN PRAKTI.
KUM TEKNOLOGI FARMASI
”ELIXIR PARACETAMOL”
D.3 Farmasi Kecil.jpg
KELOMPOK IV
Asisten        : Nielma Auliah., S.Si., Apt


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika kedalam bahan cair.Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan,seperti garam atau gula dilarutkan dalam air.gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan misalnya karbondioksida atau oksida dalam air.Selain itu,cairan dapat pula larut dalam cairan lain,sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat,misalnya aloi(campuran logam)dan mineral tertentu.
Elixir adalah larutan jernih dan manis dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Elixir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif disbanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat.
Pada praktikum ini sediaan yang akan dibuat adalah larutan elixir. Dimana elixir merupakan salah satu jenis larutan yang menggunakan etanol sebagai bahan pelarutnya. Untuk menambah warna dan aroma pada sediaan yang dibuat dan menambah daya tarik terhadap sediaan obat tersebut maka dibuat dalam bentuk sediaan elixir.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
        Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang sediaan larutan khususnya elixir.
1.1.1        Tujuan Percobaan
§  Untuk mengetahui bentuk dari sediaan larutan elixir.
§  Untuk mengetahui komposisi sediaan elixir.
§  Untuk membedakan sediaan elixir dengan bentuk sediaan larutan lainnya.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Pengertian Larutan dan Kelarutan
a.      Pengertian Kelarutan
§  Menurut Farmakope edisi III halaman XXX
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia , istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarut tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 306 Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.


b.      Pengertian Larutan
§  Menurut Farmakope edisi III halaman 32
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat.
§  Menurut Ilmu Resep halaman 81
Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia meupun fisika kedalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung(direct) dan larutan tidak langsung (indirect).
§  Menurut Formularium Nasional halaman 332
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan 1 jenis obat atau lebih dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam rongga tubuh.disesuaikan dengan tujuan penggunaan, larutan dibagi dalam larutan steril dan larutan tidak steril.
II.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 307
Suhu merupakan factor yang penting dalam menentuka kelarutan suatu obat dan dalam mempersiapkan kelarutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negatif, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan kenaikan suhu.Disamping suhu, factor-faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut,factor tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan , keadaan bagian dari zat terlarut dan pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya proses melarut.
§  Menurut Ilmu Resep halaman 84-89
Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan,yaitu:
a.       Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Dalam hal ini,diperbolehkan berdasarkan pengamatan bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik. Artinya, molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar,adapun yang nonpolar akan larut dalam media nonpolar,konsep tersebut kurang tepat bila diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah.
b.      Sifat kelarutan
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
·         Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut,garam nitrat larut kecuali nitrat basah seperti bismuth subitrat.Semua garam sulfat larut terkecuali BaSO4,PbSO4,CaSO4(Sedikit larut)

·         Tidak larut dalam air
Seperti garam karbonat dalam air terkecuali K2CO3,NaCO3(NH4)2CO3.

c.       Temperatur
Beberapa zat padat pada umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan,dan dikatan zat itu bersifat eksoterm.Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat itu tidak larut,zat ini dikatakan bersifat endoterm.

d.      Permbentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.Contoh:Larutan Iodin dalam larutan KI atau NaI dalam air. Larutan kofein didalam larutan Na-salisilat atau Na-Benzoat dalam air.

e.       Efek ion bersama
Obat yang tidak larut sering disebut suspensi.disini ada keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya.Contoh:Suspensi prokain penisilin yang ditambahkan prokain HCl yang  mudah larut dalam air akan mengurangi ion penisilin dalam larutan,karena produk kelarutan atau konstanta keseimbangan kelarutan suatu senyawa pada suhu konstanta adalah tetap.

f.       Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partikel mempunya dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kir 10% dalam kelarutannya.kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil. Kecepatan kelarutannya suatu zat dipengaruhi oleh ukuran partikel,makin halus zat terlarut,makin kecil ukuran partikel,makin luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehinggan zat terlarut makin cepat larut.kedua suhu Dn terakhir pengadukan.

g.      Struktur air
Struktur air sangat peka terhadap beberapa factor seperti suhu,permukaan dan zat terlarut yang dapat memperkuat, memperlemah,mengubah atau memecahkan seluruh larutan.

h.      Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabnkan oleh ukuran molekulnya yang kecil.jika ukuran partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan Kristal.
i.        Hidrotopi
Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain.

j.        Salting out dan salting in
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.Contohnya kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
k.      Co-Solvency
Co-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kalarutan karena penambahan pelarut alain atau modifikasi pelarut.Misalnya,luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air-gliserin.
Tabel Istilah Kelarutan :
Istilah
Bagian pelarut yang diperlukan
Untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut
Kurang dari 1
Mudah Larut
1 sampai 10
Larut
10 sampai 30
Agak Sukar Larut
30 sampai 100
Sukar Larut
100 sampai 1000
Sangat sukar larut
1000 sampai 10000
Praktis tidak larut
Lebih dari 10000

11.2 Pembagian Larutan
§ Menurut Formularium Nasional halaman 332
a.       Larutan steril, meliputi larutan untuk untuk pemakaian luar dalam pengobatan luka dan kulit terkelupas,larutan antikoagulan, irigasi kandung kemih, larutan dialisa intrapertoneum dan larutan pekat untuk pembuatan injeksi.
b.      Larutan tidak steril, meliputi larutan untuk obat dalam, baik larutan yang langsung diminum ataupun larutan yang harus diramu terlebih dahulu , larutan untuk kulit yang tidak terkupas dan larutan hemodialisa. Selama pembuatan harus diperhatikan agar sedapat mungkin harus dihindarkan terjadinya kontaminasi jasad renik.
c.       Larutan antiseptikum, mudah sekali dicemari jasad renik yang telah resistan. Karena itu dalam pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal sebagai berikut.Larutan harus dibuat menggunakan air suling atau air yang baru saja dididihkan dan wadah yang digunakan harus betul-betul bersih, lebih baik disterilkan terlebih dahulu, tutup gabus jangan digunakan. Larutan ini tidak boleh digunakan lebih lama dari 1 minggu sejak tutupnya telah dibuka pertama kali.

§ Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 15-16
a.       Larutan oral adalah sediaan cair  yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air.
b.      Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air,tetapi seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan peliol untuk penggunaan pada kulit,atau dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
c.       Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi.
d.      spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidri alcohol dari zat mudah menguap, umumnya di gunakan sebagai bahan pengaroma.
e.       Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang di buat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
f.       Air aromatic adalah larutan jernih dan jenuh dalam aie, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatic, atau bahan mudah menguap lainnya airaromatik di buat dengan cara distilasi dan di simpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya dan panas berlebih.





II.3 Komposisi Larutan
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 328-335
a.       Sirup-sirup dengan dasar sukrosa dan bukan sukrosa
Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup-sirup, walaupaun dalam keadaan khusus dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti dektrose atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dan propilenglikol. Dalam beberapa contoh, semua zat glikogenetik (senyawa yang diubah jadi glukosa dalam tubuh), termasuk bahan-bahan yang disebutkan diatas, yang diganti dengan zat-zat bukan glikogenetik seperti metal selulosa atau hidroksimetilselulosa. Kedua bahan ini tidak dihidrolisis dan diabsorbsi kedalam aliran darah, dan penggunaanya menghasilkan pembawa seperti sirup yang baik sekali untuk obat-obat yang dimaksud untuk digunakan oleh pasien-pasien diabetes dan lain-lainnya yang dietnya harus dikontrol dan dibatasi dengan zat-zat bukan glikogenetik. Umumnya fiskositas yang dihasilkan dari penggunaan derivate-derivat selulosa ini sangat  mirip dengan sirup sukrosa.
b.      Pengawet Antimikroba
Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan,sifat dan aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan formulasi(misalnya banyak dari minyak-minyak pemberi rasa yang sudah bersifat steril dan mempunyai aktifitas antimikroba), dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri. Diantara pengawet-pengawet yang umum digunakan sebaagi pengawet sirup dengan benzoate(0,1-0,2%) dan berbagai campuran metal-,propil-,dan butyl-paraben (Total kira-kira kurang lebih 0,1%) . seringkali alcohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam alcohol tetapi secara normal alcohol tidak ada dalam produk akhir dalam jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet(15-20%).
c.       Pemberi rasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh: minyak jeruk), vanili, dan lain-lain. Untuk membuat sirup yang sedap rasanya karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecil alcohol ditambahkan kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air buruk.
d.      Pemberi warna
Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan(misalnya hijau untuk rasa permen, cokelat untuk rasa cokelat dan sebagainya). Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari air,tidak bereaksi dengan komponan lain dari sirup,dan warna stabil pada kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi encounter selama masa penyimpanan.

§  Menurut Teori dan Praktek Farmasi Industri halaman 961-974
a.       Pengawet
Suatu pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu yang memenuhi criteria berikut:
1.      Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme spectrum luas.
2.      Pengawet harus stabil secara fisika,kimia dan mikrobiologi selama waktu berlaku produk tersebut.
3.      Pengawet harus tidak toksik, tidak mensensitisasi larutan dengan memadai dapat bercampur dengan komponen. Komponen formulasi lain dan dapat diterima,dilihat dan dirasa dan bau pada konsentrasi yang digunakan zat anti mikroba yang telah digunakan sebagai pengawet dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar senyawa asam, netral, mercury dan senyawa ammonium kuaterner.

b.      Zat pemanis
Zat pemanis umumnya merupakan suatu bagian besar dari isi zat padat dalam bentuk-bentuk sediaan yang membutuhkannya. Sukrosa mempunyai sejarah penggunaan yang panjang, sukrosa larut dalam media air (larutan mengandung kira-kira 85% sukrosa dapat dibuat). Sukrosa tersedia dalam bentuk sangat murni dengan harga yang memadai dan stabil. Secara kimia atau fisika pada kisaran pH 4,0-8,0. Sukrosa seringkali digunakan bersama dengan sorbitol,gliserin, dan poliol-poliol lain yang dikatakan mengurangi kecenderungan sukrosa untuk mengkristalkan satu dari manifestasi kristalisasi.
c.       kontrol viskositas
Kadang-kadang perlu untuk meningkatkan viskositas suatu cairan untuk bertindak sebagai zat pembantu agar mudah dimakan atau untuk memperbaiki kemampuan tuangannya. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan konsentrasi gula atau dengan menggabungkan zat-zat yang mengontrol viskositas seperti polivinil, pirolidon, atau berbagai turunan selulosa. Senyawa- senyawa ini membentuk larutan dalam air yang stabil dalam kisaran pH yang luas. Metilselulosa dan karboksimetilselulosa tersedia dalam sejumlah tingkat viskosital yang berbeda, karboksilmetilselulosa bila digunakan dalam larutan-larutan yang mengandung konsentrasi alcohol tinggi (sampai 15%) pengendapan.

d.      Pemberi Rasa
Pemberi rasa dapat dibagi menjadi 2 kategori, besar pemelihan dan evaluasi banyak sekali ditulis tentang fase pemberi rasa farmasi tetapi pemelihara merupakan aktivitas empiris secara total, keempat sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan asam, beberapa generalisasi sehubungan dengan pemilihan pemberi rasa untuk menutupi tipe-tipe spesifik dan rasa.
e.       Penampilan
Penampilan keseluruhan dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihannya. Pemelihara warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa, misalnya hijau atau biru untuk permen, merah untuk beri. Tipe pewarna tersedia untuk penggunaan farmasi, kestabilan relatifnya dan daerah pemakaiannya.
f.       Stabilitas
1.      Stabilitas kimia
Teknik untuk meramalkan stabilitas kimia dan system obat homogen didefenisikan dengan baik ketidakstabilan kimia suatu obat selalu diperbesar dalam larutan, berlawanan dengan system zat padat atau system suspense. Tetapi stabilitasi ini sampai batas tertentu diimbangi oleh lamaran, stabilitas yang cepat dan teliti yang mungkin dengan system-sistem homogen, tetapi sangat riskan dengan bentuk-bentuk sediaan heterogen. Pengkajian meliputi evaluasi stabilitas dalam system-sistem obat cair, termasuk asam-asam amino terhadap stabilitas aspirin dalam larutan propilenglikol dan suatu pengkajian sistematis dari autoresidasi polisorbat.
2.      Kestabilan fisika
Cairan oral stabil secara fisik menahan psikositasnya, warna, kejernian,  rasa dan bau pada seluruh sel dispernya. Semua karakteristik ini dapat harus dievaluasi secara subjektif dan secara objektif. Jika mungkin, selama waktu penafsiran stabilitas contoh yang baru dibuat harus bertindak sebagai suatu standar awal untuk evaluasi subjektif.
3.      Bahan mentah
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan cairan harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan masak-masak, spesifikasi ini harus dapat menjamin cirri-ciri kemurnian, kesatuan dan bebas dari kontaminasi mikroba yang berlebihan.
II.4 Keuntungan dan Kerugian Larutan
§  Menurut ilmu resep halaman 89-90
1.      Keuntungan
a.Merupakan campuran homogen
b.Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
c.Dapat diberikan dalam larutan encer
d.kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi
e.mudah diberi pemanis,pengaroma,dan pewarna
f.untuk pemakaian luar,bentuk larutan mudah digunakan
2.    kerugian
     a. volume bentuk larutan lebih besar
              b.ada obat yang tidak stabil dalam larutan
              c.ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
§  Menurut Farmasetika Dasar halaman 91
1.      Keuntungan
a.       Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak dan usia lanjut.
b.      Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses diintegrasi dan pelarutan).
c.       Obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian dari sediaan.
d.      Mengurangi resiko kejadian iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (contohnya aspirin, KCl) karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.
2.      Kerugian
a.       Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
b.      Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
c.       Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet.
d.      Ketetapan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.
e.       Rasa obat yang  kurang  menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.








BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 FORMULA YANG DISETUJUI
R/ ELIXIR PARACETAMOL
KOMPOSISI
Tiap 5 ml mengandung:
            PCT                      120 mg
          Gliserol                2,5 ml
          PEG                     500 µl
          Sorbitol                1,25 ml
          Etanol                  500 µl
Zat tambahan      
Aquadest              ad 60 ml







MASTER FORMULA
Nama Produk            : Elixir Parasetamol
Tanggal Produksi      : 08-05-2014
No.Reg                       : DKL 1401010037 A1
Produksi
MKS-INA
ELIKSIR PARACETAMOL
Tgl Formula
08-05-2014
Tgl Produksi
08-05-2014
Formulator
Kelompok 4
Disetujui o/

Kode Bahan
Nama Bahan
Kegunaan
Jml Perdosis
Jml Perbatch
PCT-01
Paracetamol
Zat Tambahan
158,4 mg
15,84 mg
GLS-02
Gliserol
Penambah kelarutan
3,3 ml
33 ml
PEG-03
Polyaethilenglikol
Pengawet
0,66 ml
6,6 ml
SBL-04
Sorbitol
Pemanis
0,65 ml
6,5 ml
ETL-05
Etanol
Pelarut
0,66 ml
6,6 ml
TR-06
Tartrazin
Pewarna
0,0000013 g
0,000013 g
OC-07
Oleum citrus
Pengaroma
0,00396 ml
0,0396 ml
AQ-08
Aquadestilata
Pelarut
Ad 66 ml
Ad 660 ml

Farmakologi :
Indikasi                       : Sebagai analgetik dan anti piretik.
Kontra indikasi           : Kerusakan fungsi hati.
Farmakokinetik           : Parasetamol diabsorbsi cepat dan semperna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom dalam hati. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Efek samping              :Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati,reaksi hipersensitifitas.

Deskripsi Indikasi
Menurut ISO halaman 1
            Obat analgetik antipiretik merupakan satu golongan obat yang digunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang, demam dan diantaranya juga mengatasi peradangan. Efek analgetiknya terhadap rasa nyeri diduga bersifat efek perifer, begitu pula dalam dalam hal peradangan juga bersifat efek perifer. Sedangkan efeknya terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus yaitu pusat pengaruh suhu tubuh. Efeknya terhadap peradangan diduga terjadi penghambatan pada sintesis prostaglandin. Selain itu prostaglandin juga dapat menurunkan suhu tubuh dan penurun suhu demam diperkirakan adanya penghambatan sintesis prostaglandin pada hipotalamus. Fasodilasi flakulus ferifer meningkatkan peredaran darah dan keringat, sehingga panaspun hilang.
III.1.2 Alasan Penambahan Bahan
§  Gliserol
Gliserol adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis dapat bercampur dengan air dan alcohol, sehingga sebagai suatu pelarut dapat disamakan dengan alcohol. Tetapi karena kekentalannya zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserol bersifat sebaagi bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air atau alcohol digunakan dalam banyak preparat untuk obat dalam. Pada formula ini gliserol berfungsi sebagai tambahan pelarut untuk melarutkan zat aktifnya yaitu parasetamol yang kelarutannya agak sukar larut dalam air.
§  Polyaethylenglikol
Suatu pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu criteria berikut:
a.       Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme terutama spectrum luas.
b.      Pengawet harus stabil secara fisik , kimia, dan mikrobiologi selama masa berlaku produk tersebut.
Pengawet harus tidak toksik. Tidak mensensitisasi , larut dengan memadai air, dapat bercampur dari rasa dan bau pada konsentrasi yang digunakan.


§  Sorbitol
Alkohol-gula ini (C6H14O6) digunakan sebagai laksans secara oral maupun dalam klisma. Resorbsinya dari usus lambat dan tidak menentu. Dalam hati sorbitol lambat laun diubah menjadi fruktosa dan untuk sebagian kecil langsung menjadi glukosa. Daya manisnya 50% dari sakarosa, pasien diabetes boleh menggunakan sorbitol sebagai zat pemanis maksimal 50 g sehari.

§  Etanol
Alkohol encer adalah suatu pelarut hidroalkoholik yang berguna dalam berbagai proses dan penyiapan berbagai sediaan farmasi. Dengan air alcohol membentuk suatu campuran hidroalkoholik yang melarutkan zat-zat yang dapat larut dalam alcohol dan dapat larut dalam air kedua-duanya. Suatu keistimewaan yang terutama berguna dalam ekstraksi. Zat aktif dari bahan-bahan kasar . Dengan perbandingan yang bermacam-macam dari kedua bahan konstituen-konstituen aktif akan dapat terlarut terekstrasi secara selektif atau dibiarkan tinggal menurut sifat-sifat kelarutan yang khusus dalam menstrum. Alcohol, USP, mengandung 94,9- 96,0 % C2H5OH  volume per volume (v/v) ditetapkan pada 15,56 0C standar suhu dari pemerintah Amerika Serikat untuk penetuan alcohol. Dalam sediaan elixir etanol digunakan sebagai pelarut sesuai dengan sifat bahan larutan tersebut.

§  Tartrasin
Penggunaan zat pemberi warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan dan tujuan ke khasan produk. Zat-zat obat tertentu sulfur(kuning), cupri sulfat(biru), ferro sulfat (hijau kebiruan), dan merah mercury iodide (merah menyala) digunakan dalam oabt dan tidak terpikirkan sebagai pemberi warna dalam sediaan farmasi dalam arti istilah yang lazim. Untuk jumlah pewarna yang umum ditambahkan ke preparat cairan yang berkisar antara 0,0005 dan 0,001 % tergantung pada pemberian warna dan intensitas warna yang diinginkan.

§  Oleum Citrus
Sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan asam suatu kombinasi zat pemberi rasa biasanya di gunakan untuk menutupi sensasi rasa secara efektif mentol, chloroform dan berbagai gasam seringkali di gunakan sebagai zat pembantu pemberi rasa .

§  Air suling
Air seringkali di gunakan sebagai pembawa dan pelarut untuk masuk di tambahkan bahan obat, tidak berasa, bebas dari iritasi, dan kerusakan aktifitas farmakologi membuatnya ideal untuk di gunakan.


111.1.3 Perhitungan Bahan
a.      Perdosis
Perhitungan kelebihan : 10% X 60 ml = 6 ml
Jadi, 60 ml + 6 ml = 66 ml
Paracetamol           : 120 mg x 66 ml / 50 ml = 158,4 mg
Gliserol                  : 2,5 ml x 66 ml / 50 ml = 3,3 ml
PEG                      : 0,5 ml x 66 ml / 50 ml = 0,66 ml
Sorbitol                 : 1,25 ml x 66 ml / 50 ml = 1,65 ml
Etanol                    : 0,5 ml x 66 ml /50 ml = 0,66 ml
Tartrasi                  : 0,001% x 66 ml = 0,0000013 g
Oleum citrus          : 0,3% x 66 ml = 0,00396 ml
Aqua destilata       : ad 66 ml

b.      Perbatch
Paracetamol           : 158,4 mg x 10 botol = 15,84 ml
Gliserol                  : 3,3 ml x 10 botol = 33 ml
PEG                      : 0,66 ml x 10 botol = 6,6 ml
Sorbitol                 : 1,65 ml x 10 botol = 16,5 ml
Etanol                    : 0,66 ml x 10 botol = 6,6 ml
Tartrasin                : 0,0000013 g x 10 botol = 0,000013 g
Oleum citrus          : 0,00396 ml x 10 botol = 0,0396 ml
Aqua destilata       : ad 660 ml

Perhitungan Pengenceran
§  Tartrazin 0,001 %
50 mg → ad 10 ml aquadest
                       
                           1 ml → ad 10 ml aquadest
                          (0,1%)
                                        1 ml →ad 10 ml aquadest
                        (0,01%)
                                        1 ml → ad 10 ml aquadest

                                                     1 ml
                                                 (0,001%)
§  Oleum Citrus 0,3 %
1 ml → ad 10 ml aquadest

              3 ml
            (0,3 %)






111.5 Cara Kerja
1.      Di siapkan alat dan bahan
2.      Di klaibrasi botol wadah 60 ml
3.      Di timbang dan di ukur bahan yang di perlukan
4.      Buat pengenceran:
a.       Tartrasin
·         Di ambil tartrasin 1 ml di tambahkan aquadest ad 10 ml di homogenkan kemudian di ambil 1 ml ( 0,1 ml )
·         Di ambil 1ml dari pengenceran di atas di tambahkan aquadest ad 10 ml di homogenkan kemudian di ambil 1 ml ( 0,01 ml )
5.      Di timbang PCT dan di masukkan ke dalam lumpang , di tambahkan gliserol sedikit demi sedikit dan gerus sampai larut.
6.      Di keluarkan dari lumpang, kemudian di pindahkan ke dalam Erlenmeyer . di tambahkan PEG dan sorbitol aduk hingga homogen , kemudian di tambahkan etanol dan di aduk hingga homogen.
7.      Di tambahkan tartrasin dan oleum citrus sebanyak 2 tetes. Lalu di masukkan ke dalam wadah ( botol ) dan di cukupkan volumenya ad 60 ml dan di beri etiket.




BAB IV
PEMBAHASAN

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah harus dapat.
Eliksir adalah larutan yang jernih dan manis, biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Jadi dapat disimpulkan bahwa alasan parasetamol dibuat dalam bentuk sediaan eliksir adalah untuk menambah kelezatan dan agar mempunyai zat pewarnauntuk meningkatkan penampilannya.
Sifat polar dan nonpolar dalam sediaan larutan adalah molekul-molekul dengan disrtribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik, yaitu polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar sedangkan molekul nonpolar akan larut dalam media nonpolar. Dalam hal ini senyawa yang bersifat polar akan larut dalam media polar begitupun dengan senyawa nonpolar yang larut dalam bentuk sediaan yang sama. Istilah ini sering dikenal dengan like dissolves like. Konsep polaritas ini kurang jelas jika diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena terbentuk misel atau agregat.
Salah satu faktor lain yang juga mempengaruhi larutan adalah temperatur. Dikatakan bersifat eksoterm jika temperaturnya dinaikkan sebaliknya dikatakan endoterm jika temperaturnya diturunkan.
Adapun komposisi larutan salah satunya yaitu pengawet antimikroba. Disini pengawet yang dimaksud adalat jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat dan aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.
Keuntungan larutan adalah dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.Maksudnya adalah sediaan dalam bentuk larutan lebih mudah untuk memberikan atau mengubah dosis yang akan diberikan karena bentuk sediaannya sehingga perubahan dosis dapat dilakukan dengan mudah. Disamping itu kerugian sediaan larutan adalah ada obat yang tidak stabil dalam larutan. Maksudnya adalah kelarutan tiap-tiap senyawa yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kestabilan obat sehingga menyebabkan ada sebagian senyawa yang agak sukar larut dalam sediaan obat yang dibuat.
Dalam pembuatan sediaan elixir paracetamol ini kami menggunakan wadah (botol) 60 ml. Zat aktif yang digunakan adalah paracetamol dan zat tambahannya yaitu Gliserol sebagain penambah kelarutan, poliaethylenglikol sebagai pengawet, sorbitol sebagai pemanis, etanol sebagai pelarut, tartrasin sebagai pewarna, oleum citrus sebagai pengaroma dan air suling sebagai pelarut. Indikasi sediaan ini adalah analgetik dan antipiretik yaitu mengatasi rasa nyeri , menurunkan demam dan juga mengatasi peradangan. Bentuk sediaan yang dihasilkan adalah larutan berwarna kuning jernih dengan aroma jeruk.
Adapun cara kerja yang kami lakukan adalah pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,lalu dikalibrasi botol wadah 60ml. kemudian ditimbang semua bahan yang diperlukan. Selanjutnya dibuat pengenceran tartrasin dan oleum citrus. Diambil Paracetamol dan dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan sedikit demi sedikit gliserol sampai larut. Kemudian dikeluarkan dari lumpang dan dipindahkan kedalam Erlenmeyer. Lalu ditambahkan PEG dan Sorbitol, diaduk hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan etanol dan sisa gliserol, diaduk hingga homogen. Ditambahkan tartrasin dan diteteskan oleum citrus sebanyak 2 tetes. Lalu dimasukkan kedalam wadah(botol) dan dicukupkan volumenya hingga 60 ml. Beri etiket.
Adapun masalah yang dihadapi selama praktikum adalah kurangnya bahan-bahan yang akan digunakan sehingga jumlah sediaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah masing-masing tiap kelompok yang ada.








BAB V
PENUTUP


V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Jumlah larutan elixir yang berhasil dibuat oleh kelompok VI sebanyak 2 botol.
2.      Bentuk sediaan eliksir yang dibuat adalah berwarna kuning jernih dengan aroma jeruk.

V.2 Saran
            Kami menyarankan sebaiknya bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum disiapkan sebelum praktikum dilaksanakan agar praktikum dapat berjalan lancar dan jumlah sediaan yang dibuat dapat sesuai dengan jumlah anggota dalam masing-masing kelompok.






DAFTAR PUSTAKA


Anief. Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan Praktik. Gadjah Mada Press.                           
            Yogyakarta
Ansel, H.C. 1981. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
            ke-3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Lachman. L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri. terjemahan Siti Suyatmi.  
            UI Press, Jakarta.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran: EGC, Jakarta.











LAMPIRAN




 



















                       

LABORATORIUM FARMASETIKA
POGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI
”SUSPENSI ASAM MEFENAMAT”
D.3 Farmasi Kecil.jpg
KELOMPOK IV
Asisten        : Nielma Auliah., S.Si., Apt


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.2  Latar Belakang
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Salah satu masalah yang di hadapi dalam peoses pembuatan suspense adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas.

1.3  Maksud dan Tujuan Percobaan
1.3.1        Maksud percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami bentuk sediaan suspense.
1.3.2        Tujuan Percobaan
§  Untuk mengetahui bentuk dari sediaan suspensi.
§  Untuk mengetahui komposisi suspensi.
§  Untuk mengetahui cara pembuatan suspense skala laboratorium



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


11.1 Pengertian Suspensi
§  Menurut Farmakope Indonesia Edisi III halaman 32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 353
Suspensi dapat didefenisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obatmenunjukan kelarutan yang sangat minimum.
§  Menurut Ilmu Resep Halaman 135
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair.
§  Menurut Formularium Nasional Halaman 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspense yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
§  Menurut Teori dan Praktek Sediaan Farmasi Halaman 985
Suspensi merupakan system heterogen yang terdiri dari dua fase, fase kontinu atau fase luar umunnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispers atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu; zat yang tidak larut bias dimaksudkan untuk absorbs fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar.
11.3 Keuntungan dan kerugian suspensi
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 355
Ada pun keuntungan dan kerugian dari suspense adalah sebagai berikut:
a.       Keuntungan Suspensi
1.      Berbentuk cair sehingga disukai lebih banyak pasien.
2.      Mudah ditelan.
3.      Keluwesan dalam pemberian dosis.
4.      Pemberian lebih mudah.
5.      Lebih mudah untuk memberikan dosis yang relative sangat besar.
6.      Aman.
7.      Mudah diberikan untuk janak – anak.
8.      Mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak.
9.      Memiliki homogenitas tinggi.
10.  Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit dari obat.
11.  Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil didalam air.

b.      Kerugian Suspensi
1.      Mempuyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan.
2.      Tidak terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspense.
3.      Memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi dll)
4.      Jika membentuk "cacking" akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya akan turun.
5.       Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.
6.       Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
7.      Pada saat peyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
8.      Sediaaan suspensi harus di kocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
§  Menurut Farmasetika Dasar Halaman 93-94
a.       Keuntungan Sediaan bentuk suspensi antara lain:
1.      Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul terutama anak-anak.
2.      Memiliki homogenitas tinggi.
3.      Lebih mudah diabsorbsi daripada tablet/kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4.      Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat.
5.      Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
b.      Kekurangan sediaan bentuk suspensi antara lain:
1.      Memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), degradasi, dll)
2.      Jika membentuk “caking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya akan turun.
3.      Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.
4.      Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
5.      Pada saat penyimpanan, kemungkinan akan terjadi perubahan system disperse (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan temperature.
6.      Sediaan suspense harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
II.3 Kriteria suspensi ideal
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 356
a.      Suatu suspensi farmasi yang dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
b.      Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid ini tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
c.       Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan  homogen.
§  Menurut Teori dan Praktek Industri Farmasi halaman 985-1001
Suspensi yang baik harus tetap homogen secukupnya, paling tidak selama waktu dibutuhkan untuk penuangan dan pemerian dosis setelah wadahnya dikocok.
Adapun beberapa mtode pembentukan suspensi yaitu :
1.      Metode pengendapan.
2.      Metode dispersi.
II.4 Aliran dalam suspensi
§  Menurut Farmasi Fisika halaman 1079-1089
Tipe-tipe aliran dalam suspensi Tipe aliran suspensi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

1.      Aliran newton
      Dimana dalam aliran newton ini berbunyi bahwa “semakin besar viskositas suatu cairan ,maka semakin besar tekanannya.
Contohnya:untuk sediaan cream,ketika dilakukan pengeluaran sediaan cream dari tubenya,semakin besar tekanan yang diberikan pada bagian tubenya maka semakin cepat keluarnya cream dari tube tersebut dan sebaliknya.
2.      Aliran non-newton
                 Berdasarkan sistem nonnewton,liran terbagi atas 3 jenis yaitu:
1.    Aliran plastis
kurva memperlihatkan suatu badan yang membentuk aliran plastis, bahan demikian dikenal sebagai Bingham bodies. kurva  aliran plastis tidak memiliki titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress.
        Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-prtikel terflokulasi dalam suspensi pekat.akibatnya terbentuk struktur kontinu diseluruh sistem, adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan yang harus dipecah sebelum aliran terjadi. Akibatnya yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi, makin banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield valuenya.              
2.   Aliran psudaplastis
kurva konsistensi untuk bahan pseudoplatis mulai pada titik (0,0) atau paling tidak  mendekatnya pada rate of shear rendah. Akibatnya berlawanan dengan Bingham bodies, tidak ada yield value tapi karena tidak ada bagian kurva yang linear. Akan kita tidak dapat menyatakan  viskosits dari suatu bahan pseudaplastis dengan suau harga tunggal sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam.
Sejumlah besar produk farmasi  termasuk gom  alam dan sintesis misalnya, dispersi cair dari tragacanth, natri alginat, metilselulosat, dan natrium karboksimetil selulosa menunjukkan aliran speudoplastis sebagai aturan umum,aliran spesudoplastis diperliahatkan oleh primer-primer dalam larutan yang merupakan kebalikan dari sistem plastis.yang tersusun dari partikel-partikel yng terflokulasi dalam suspensi.
3.   Aliran dilatan
Suspensi-suspensi tertentu dengan presentase zat pada terdispersi presentase yang tinggi menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of shear .pada sistem ini sebenarnya volumenya meningkatt jika terjdi shear dan ole karenanya diberi istilah dilatan.
Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan adalah susupensi.suspensi yang berkonsentrasi tinggi(kira-kira 50)atau lebih dari parikel-partikel kecil yang mengalami deflokulasi. sistem sistem partikel dari tipe yang diflokulasikan diharapkan mempunyai karakteristik aliran plastis,bukan dilatan.

II.5 perbedaan Deflokulasi dan Flokulasi
§  Menurut Ilmu Resep Halaman 142-143
a.      Flokulasi
Flokulasi adalah suatu partikel flokulasi terikat lemah yang cepat mengendap dan disimpan pada tempat penyimpanan yang tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Adapun sifat partikel Flokulasi yaitu :
a.       Partikel merupakan agregat yang bebas.
b.      Sedimentasi terjadi cepat.
c.       Sedimen terbentuk cepat.
d.      Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
e.       Wujud suspense kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

b.      Deflokulasi
Partikel deflokulasi adalah partikel yang mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dan akan terjadi agregasi, yang akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat partikel deflokulasi yaitu :
a.       Partikel suspense dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya.
b.      Sedimentasi yang terjadi lambat, masing – masing partikel mengendap terpisah dan partikel berada dalam ukuran paling keci.
c.       Sedimen terbentuk lambat.
d.      Wujud suspense bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama. Dan terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.

II.6 Komposisi suspensi
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 1016-1021
Banyak faktor harus dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu bentuk sediaan suspensi. Pemikiran dasar meliputi kenyataan bahwa suspensi mengendap, dan perlu untuk mendistribusikannya kembali sebelum menggunakan atau memberikannya sebagai produk. Dalam fase permulaan formulasi, harus dibuat keputusan mengenai tipe umum sistem suspensi yang diinginkan. Adapun formula umum dari suspensi yaitu :
a.Suspensi dengan zat pemasah dan zat pengagregat
Bahan-bahan
Presentase dalam formula
Karhison asetat,usp (microfine)
2,5
Polisorbat 80,usp(zat pembasah)
0,4
Natrium karoksimetil selulosa,usp(zat pensuspensi)
0,5
benzil alkohol,Nf(pengawet)
0,9
Natriu klorida,usp(u/isotonisitas)
0,9
Air u/injeksi usp,samapi menjadi
100,0

b.Suspensi-suspensi yang berisi zat padat dalam jumlah sedikit
Rute pemerian ini dibatasi pembuatan formula,kekisaran aditif yang agak sempit. Sampel yang yang paling aik disapkan dengan membuat suatu dispersi pekat dalam volume yang sama dengan 10%  volme akhir.
Zat pengawet contohnya,enzil zat pengawe contohnya, benzil alkohol, kloritanol, metil paraben dan propilparaben zat untuk isotonisitas contohnya natrium klorida dan zat untuk pendapar contohnya natrium sitrat.
Penting untuk dicatat bahwa koloid pelindung seperti, PEG,4000, natium karboksimetilselulosa ,dan metilselulosa semua memodifikasi karakteristik ini.sorbitol dan dekstrosa dapat dimasukkan untuk menyesuaikan kerapatan.
d.Suspensi dengan banyak isi zat padat. Terdiri dari:
·            Zat pengawet: benzil alkohol,uil paaben,metil paraben/propilparaben
·            Zat pendapar: natrium sitrat
·            Zat koloid pelindung: lesitin
·            Zat antioksida: natrium formal dehid sulfoksilat
e.Suspensi antasida
Bahan-bahan
Presentase dalam formula
Gel alminium hidroksida
36,000
Sorbitol,Nf,atau mannitol
7,000
Metil paraen
8,200
Propil paraben
8,020
Sakarin
0,050
minyak pepermin
0,005
Alkohol
1,000
Air murni
100,000





BAB III
METEDEOLOGI PERCOBAAN


III.1 FORMULA YANG DISETUJUI


R/ SUSPENSI ASAM MAFENAMAT
KOMPOSISI
Tiap 5 ml mengandung:
Asam mafenamat                                200 mg
PGA                                                    2,5 %
Gliserin                                                3 %
Sirup simplex                                      40 %
Metal paraben                                     0,1 %
Tartrasin                                              0,001 %
Oleum citrus                                        0,2 %
Aquadest                                             ad 100 ml

 
 












MASTER FORMULA
Nama Produk            : Suspensi Asam Mefenamat
Tanggal Produksi      : 22-05-2014
No.Reg                       : DKL 1401010033 A1
PRODUKSI
MKS – INA
SUSPENSI ASAM MAFENAMAT
Tgl formula
22- 05-2014
Tgl produksi
22-05-2014
Formulator
Kelompok 4
Di setujui oleh
Kode bahan
Nama bahan
Kegunaan
Jml perdosis
Jml per batch
ACM - 01
Asam mafenamat
Zat aktif
4400 mg
44000 mg
PGA - 02
Pulvis gummi aeciae
(PGA)
pensuspensi
2750 mg
27500 mg
GLS - 03
Gliserol
Pembasah
3,3 ml
33 ml
SS - 04
Sirupus simplex
Pemanis
44 ml
440 ml
MP - 05
Metil paraben
Pengawet
110 ml
1100 ml
TR - 06
Tartrasin
Pewarna
1,1 mg
11 mg
OL - 07
Oleum citrus
Pengaroma
2 tetes
20 tetes
AQ - 08
Aquadestilata
Pelarut
Ad 110 ml
Ad 1100 ml

Farmakologi :
Indikasi                       : Menghilangkan rasa sakit/nyeri,ringan sampai sedang pada  sakit gigi, sakit telinga, nyeri otot, dan setelah cabut gigi.
Kontra indikasi           : Hati – hati pada pasien tukak lambung , inflamasi                                           saluran  cerna, gangguan ginjal, asma, hamil, dan menyusui
Farmakokinetik           : Asam mafenamat di gunakan sebaagai analgesic ;    sebagai anti– inflamasi , asam mafenamat kurang   efektif bandingkan aspirin.Asam mafenamat   terikat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap obat antikoagulan harus di perhatikan
efek samping               : Diare, tukak lambung, pendarahan, dan mual

Deskripsi indikasi
Menurut ISO halaman 1
            Obat kelas terapi ini dapat  di bedakan menjadi berbagai sub kelas terapi seperti analgesic, analgetic – antipiretik, antiinflamasi nonstreorit dan antipirai. Analgetic narkotik , juga di sebut analgetic apoid ( serupa opium )  adalah analgetic yang berasal dari opium yang menunjukkanefek analgetic serupa morfin ; dengan dosis terapi, analgetic narkotik dapat mengatasi rasa sakit yang parah , tanpa depresi menyeluruh seperti pada anestesi umum, tetapi dosisnya yang tinggi, morfin bersifat depresan umum ; hamper semua sakit dan nyeri dapat di hilangkan, kecuali sensasi kulit.
            Di antara analgetic narkotik, morfin merupakan analgetic yang paling di gunakan terutama untuk terapi nyeri yang tak tertahankan, walaupunn sering menimbulkan mual dan muntah; selain itu, menghilangkan rasa nyeri , morfin juga dapat menimbulkan kondisi eruforia dan gangguan mental, asam mafenamat di jadikan obat pilihan untuk terapi oral nyeri berat pada perawatan terminal.
            Analgetic non-narkotik meliputi sub kelas analgetic – antipiretik, anti-inflamasi nonsteroit, dan sub kelas terapi antipirait.
            Analgetic- antipiretik merupakan satu golongan obat yang obat yang di gunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang, demam, dan di antaranya juga untuk mengatasi peradangan. Efek analgesic nya terhadap rasa nyeri di duga bersifat efek perifer , begitu pula dalam hal peradangan , juga bersifat efek perifer; sedangkan efeknya terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus , yaitu pusat pengatur suhu tubuh . efeknya terhadap peradangan di duga terjadi penghabatan terhadap sintesis prostaglandin, selain itu, progstatlandin juga dapat menurunkan suhu tubuh , dan pengaruh suhu demam di perkirakan adanya penghambatan sintesis progstaglandin pada hipotalamus . valsodilasi valkulus parifer meningkatkan peredaran darah dan keringat sehingga panas pun hilang.
III. I. 2 Alasan penambahan
a.       PGA
Bahan dalam dari jenis gom, sering di sebut gom atau hidrokolit gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilage atau lender. Dengan terbentuknya mucilage.viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan musilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi bakteri.Viskositas optimun musilagonya adalah antara pH 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar pH 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Musilago Gom Arab dengan kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambah zat pengawet.  Pada sediaan ini PGA berfungsi sebagai pensuspensi.

b.      Gliserol
Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis dapat bercampur dengan air dan alcohol. Sehingga sebagai suatu pelarut dapat di samakan dengan alcohol,tapi karena kekentalannya,zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan.Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya bersama dengan air atau alcohol.Digunakan dalam banyak preparat untuk obat dalam.Dalam sediaan ini gliserol berfungsi sebagai pembasah yaitu untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air memperkecil sudut kontak, dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Konsentrasinya


c.       Metil paraben
Suatu pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu yang memenuhi ketiga criteria barikut :
1.      Pengawet harus stabil secara fisik,kimia,dan mikrobiologi selama   masa berlaku produk tersebut.
2.      Pengawet harus efetik terhadap mikroorganisme spectrum luas.
3.      Pengawet harus tidak toksil,tidak mensensitisasi,larut dengan memadai, dapat bercampur dengan komponen-komponen lain,dan dapat diterima dilihat dari rasa dan bau pada konsentrasi-konsentrasi yang digunakan.
 Konsentrasi yang digunakan adalah 0,1% sampai 0,3%.

d.      Tartrazin
Penggunaan zat pemberi warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan dan tujuan khasan produk. Zat-zat obat tertentu surfur (kuning) cuprisurfat (biru), ferrosurfat ( hijau kebiruan ) dan merah mecuryiyodida ( merah menials ) digunakan dalam obat dan tidak terpikir sebagai pemberi warna dalam sediaan farmasi dalam arti istilah yang lazim. Untuk jumlah pewarna yang umum ditambahkan kepreparat cairan yang berkisar antara 0,0005 % dan 0,001 %, tergantung pada pemberi warna dan intensitas warna yang diberikan.

e.       Oleum citrus
Sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis ,dan asam, suatu kombinasi zat pemberi rasa bisanya diperlukan untuk menutupi sensasi rasa secara efektif. Mentol. Kloroform dan berbagai garam sering kali digunakan sebagai zat pembantu pemberi rasa. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5% - 0,2%.
f.       Air suling ( aquadaest ).
Air suling digunakan sebagai pembawah dan pelarut untuk masuk ditambahkan bahan obat , tidak berasa , bebas dari iritasi dan kerusakkan aktifitas farmakologi membuatnya ideal untuk digunakan.
III. 1. 3 PERHITUNGAN BAHAN
a.      Perdosis
Perhitungan kelebihan : 10% X 100 ml = 110 ml
Jadi, 100 ml + 10 ml = 110 ml
Asam mafenamat                     : 200 mg x 110 /5 = 4400 mg
PGA                                        : 2,5% x 110 = 2,75 g = 2750 mg
Gliserin                                     : 3 % x 110 = 3,3 ml
Sirupus simplexs                     : 40 % x 110 = 44 ml
Metil paraben                           : 0,1% x 110 = 0,11 g = 110 mg
Tartrasin                                   : 0,001 % x 110 = 0,011 g = 1,1 mg
Oleum citrus                             : 0,2 % x 110 = 0,22 ml = 2 tetes
Aquadest                                  : ad 110 ml
     Pengenceran tartrasin
            Ambil tartrasin 110 mg → 10 ml aquadest
                                                        
                                                       ( 11 mg ) 1 ml ad 10 ml aquadest
                                                                                    
                                                                                    ( 1,1 mg ) 1 ml

b.      Perbatch        
Asam mafenamat                     : 4400 mg x 10 = 44000 mg
PGA                                        : 2750 mg x 10 = 27500 mg
Gliserin                                     : 3,3 ml x 10 = 33 ml
Sirupus simplex                         : 44 ml x 10 = 440 mg
Metal paraben                                       : 110 mg x 10 = 1100 mg
Tartrasin                                    : 1,1 mg x 10 = 11 mg
Oleum citrus                              : 2 tetes x 10 = 20 tetes
Aquadest                                   : ad 110 x 10 = 1100 ml

III. 2 Cara kerja
1.      Di siapkan alat dan bahan
2.      Di kalibrasi botol sampai 100 ml
3.      Di timbang semua bahan yang di gunakan
4.      Di buat pengenceran tartrasin
·          Di timbang tartrasin 110 mg di masukkan ke dalam tabung reasksi di tambahkan aquadest ad 10 ml
·         Di ambil 1 ml lalu di tambahkan aquadest ad 10 ml . di ambil 1 ml
5.      Pembuatan sirupus simplex
·         Di timbang sukrosa 65 g di tambahkan aquadest hingga 100 ml di panaskan hingga larut.
6.      Pembuatan PGA
·         Di ambil air panas ± 5-10 ml, dimasukkan kedalam lumpang di tambahkan sedikit demi sedikit PGA hingga membentuk musilago ( massa kental ) camp I.
7.      Di masukkan asam mafenamat ke dalam lumpang, gerus kemudian tambahkan sedikit demi sedikit gliserin hingga homogen.
8.      Kemudian di keluarkan dari lumpang dan di masukkan ke dalam campuran 1 . di homogenkan dan di tambahkan metil paraben yang sudah dilarutkan didalam air panas, homogenkan.
9.      Di tambahkan  sirupus simplex aduk hingga homogeny dan di tambahkan tartrasin dan di teteskan oleum citrus
10.  Di massukkan ke dalam wadah ( botol ) di cukupkan volumenya hingga 100 ml. diberi etiket.



BAB IV
PEMBAHASAN


            Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau , sedian padat terdiri dari obat dalam bentuk sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspense jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspense, yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
            Tipe aliran suspensi dibedakan menjadi 2,yaitu aliran newton dan non newton. Aliran newton ini berbunyi “semakin besar viskositas suatu cairan maka semakin besat tekanannya”. Contohnya untuk sediaan cream, ketika dilakukan pengeluaran sediaan cream dari tubenya, semakin besar tekanan yang diberikan pada bagian tubenya maka semakin cepat keluarnya cream dari tube tersebut dan sebaliknya. Sedangkan aliran non newton (aliran plastis) maksudnya “semakin cepat dilakukan pengocokan semakin cepat larutan tersebut terdispersi kembali”. Contohnya untuk sediaan lutio dan suspense. Aliran speudoplastis maksudnya “semakin ditambahkan air kedalam campuran bahan tersebut, maka semakin mengental”. Contohnya pembuatan mucilago CMC pada pembuatan gel.  Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat dilatan adalah suspensi-suspensi yang konsentrasi tinggi dari partikel-partikel kecil yang mengalami deflokulasi. Contohnya sediaan pasta. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang membedakan dalam aliran suspensi adalah kandungan air yang terdapat dalam sediaan tersebut.
            Sistem pembentukan suspensi dibedakan menjadi 2, yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Sedangkan partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya membentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
            Tujuan  dari pembuatan asam mefenamat ini adalah meringankan rasa nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi. Selain itu suspensi asma mefenamat juga mempunyai beberapa keuntungan yang bentuknya cair sehingga disukai lebih banyak pasien.
            Asam mefenamat dibuat dalam suspensi karena bila dalam bentuk tablet asam mefenamat dapat mengiritasi lambung. Asam mefenamat kurang stabil bila dibuat dalam bentuk larutan maka dibuat dalam bentuk suspensi.
            Dalam pembuatan sediaan ini wadah (botol) yang digunakan adalah 100 ml. Suspensi yang dibuat mempunyai kandungan bahan obat antara lain :  Asam mefenamat sebagai zat aktif, pulvis gummi Arabic sebagai persuspensi, sirup simplex sebagai pemanis, gliserin sebagai pembasa, metal paraben sebagai pengawet, olium citrus sebagai pengaroma, tartrazin sebagai pewarna, dan aquadest sebagai pelarut. Bentuk sediaan yang dihasilkan adalah berwarna kuning pucat dengan aroma jeruk.
            Untuk cara kerjanya adalah sebagai berikut. Pertama – tama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan,kemudian kalibrasi botol ad 100 ml dan erlemeyar ad 110 ml. lalu timbang semua bahan yang dibutuhkan. Kemudian pembuatan sirup simplex yaitu pertama timbang gula sebanyak 65 gr lalu masukkan kedalam erlemeyar dan tambahkan dengan aquades ad 100 ml, lalu panaskan hingga larut kemudian ambil sebanyak 33 ml. Lakukan pengenceran tartrazin : Sebanyak 55 mg kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer lalu larutkan dengan aquades ad 10 ml, kemudian ambil 1 ml dari larutan. Kemudian dibuat disperse PGA dimasukkan air panas kedalam erlemeyar sebanyak 30 ml lalu ditambahkan metal paraben aduk ad homogeny, kemudian tambahkan sedikit demi sedikit PGA sambil diaduk mengental. ( campuran 1 ). Kemudian masukkan asam mafenamat kedalam lumpang, gerus lalu tambahkan sedikit demi gliserin sambil digerus ad homogen. Lalu dikeluarkan dari lumpang dan dimasukkan kedalam campuran 1 sambil diaduk tambahkan larutan sirup simplex. Kemudian tambahkan tartrazin sebanyak 1 ml dan oleum citrus sebanyak 2 tetes aduk ad homogen.Terakhir dimasukkan kedalam wadah dan dicukupkan volumenya ad 100 ml dan beri etiket.
            Adapun masalah yang dihadapi selama praktikum adalah bahan yang tidak cukup sehingga jumlah sediaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah anggota masing-masing kelompok.
           
           

BAB V
PENUTUP


V.1 Kesimpulan
Berdasarkan  hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Jumlah suspense asama mefenamat yang berhasil dibuat oleh kelompok 4 adalah sebanyak 6 botol yang masing-masing berisi 100 ml.
2.      Bentuk sediaan suspensi yang dibuat adalah berwarna kuning pucat dengan aroma jeruk.

V.2 Saran
            Saran untuk laboratorium, agar alat-alat dan bahan-bahan praktikum yang akan digunakan dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.







DAFTAR PUSTAKA


Anief. Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan Praktik. Gadjah Mada Press.                           
            Yogyakarta
Ansel, H.C. 1981. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
            ke-3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Lachman. L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri. terjemahan Siti Suyatmi.  
            UI Press, Jakarta.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran: EGC, Jakarta.











LAMPIRAN




 






















LABORATORIUM FARMASETIKA
POGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI
EMULSI PARAFIN LIQUIDUM
D.3 Farmasi Kecil.jpg
KELOMPOK IV
Asisten        : Nielma Auliah., S.Si., Apt


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Dalam sebuah emulsi terdapat dua fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam /  fase terdispresi / fase distkontinue adalah fase  dalam  bentuk tetesan untuk suatu periode waktu yang lama sedangkan  fase luar / fase kontinue yaitu fase yang mengelilingi fase dalam / fase terdispresi.
Parafin liquid adalah obat yang digunakan dalam terapi untuk mengatasi kondisi patologi yang terjadi dan terdapat pada sistem saluran cerna, apakah oleh tukak lambung, mulas, sebah, kembung, sakit uluati, kolik, hemeroid, ataukah oleh karena diare. Paraffin liquid dibuat dalam sediaan emulsi karena menghindari iritasi pada lambung. Emulsi adalah sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi.


1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1  Maksud Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara-cara pembuatan emulsi paraffin liquid.
1.2.2  Tujuan Percobaan
§  Mengetahui bentuk dari sediaan emulsi parafin liquid.
§  Mengetahui komposisi emulsi parafin liquid.
§  Mengetahui cara pembuatan emulsi parafin liquid skala laboratorium.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11. 1.  Pengertian Emulsi 
§  Menurut Farmakope Indonesia Edisi III halaman 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV halaman 376
Emulsi adalah suatu dispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
§  Menurut Ilmu Resep halaman 118
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
§ Menurut Teori dan Praktek Farmasi Indonesia halaman 1029
Emulsi tergantung pada sudut pandang peneliti, ahli kimia fisik menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur. Bagi ahli teknologi pengembangan produk, adalah lebih bermanfaat untuk menganggap emulsi sebagai campuran dua cairan yang tidak saling bercampur.
11.2  Komponen Emulsi
§  Menurut Ilmu Resep halaman 119
Kompoenen emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1.      Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri dari :
a.       fase dispers / fase internal / fase diskontinu / fase terdispersi / fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b.      Fase eksternal / fase kontinue / fase pendispersi / fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c.       Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2.      Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan.
Pengawet yang sering digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-metil, dan   butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium kuarterner.
Antioksidan yang sering digunakan antara lain asam askorbat (vitamin c), α-tokoferol, asam sistrat, propil galat, dan asam galat.




11.3 Tipe Emulsi
§  Menurut Ilmu Resep Halaman 120
`     Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun fase eksternal, emulsi digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
1.      Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2.      Emulsi tipe W/O (water in oil) atau M/A (air dalam minyak), adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Halaman 376
Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dalam fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi “a/m”.




11.4  Penerapan Dan Pemakaian Emulsi
§  Menurut Teori dan Praktek Farmasi industri halaman 1031
1.      Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air (m/a) memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa lairnya sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung.
2.      Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar (topikal) bisa dibuat sebagai emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak (a/m), tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat traupatik yang akan dimasukkan kedalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek amolien atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit.
3.      Emulsi-emulsi radiopaque telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam pengujian sinar x. Emulsi air dalam minyak telah digunakan untuk mendispersi bahan-bahan antigenik yang larut dalam air, dalam minyak mineral untuk injeksi depointramaskuler.





11.5    Teori Terbentuk
§  Menurut Teori dan Bentuk Sediaan Farmasi halaman 1033
Banyak teori yang telah di kembangkan dalam upaya untuk menjelaskan bagaimana zat pengemulsi bekerja dalam meningkatkan emulsifikasi dan dalam menjaga stabilitas dari emulsi yang di hasilkan.
Semua cairan mempunyai kecenderungan menerima suatu bentuk yang mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang paling kecil. Untuk suatu tetesan cairan, bentuk itu bulat. Dalam tetesan cairan yang bulat ada tenaga (kekuatan) dalam yang cenderung menuingkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk menahahn distorsi dari tetesan menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Jika dua atau lebih dari tetesan cairan yang sama saling bertemu kecenderungan untuk bergabung atau bersatu, membuat satu tetesan yang lebih besar dan mempunyai luas permukaan yang lebih kecil di bandingkan dengan luas permukan total dari tetesan-tetesan itu sendiri sebelum bergabung. Kecenderungan dari cairan ini bisa di umur secara kuantitatif dan jika lingkungan dari cairan tersebut adalah udara, ia dikenal sebagai tegangan permukaan caiaran. Bila cairan kontak dena cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur, kekuatan (tenaga) yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partike-partikel yang lebih kecil disebut tegagan antar muka. Zat-zat yang dapat meningakatkan penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan unutk menjadi tetesan atau partikel-partikel yang lebih kecil.
Menurut teori tegangan permukaan dari emulsifikasi penggunaan zat-zat ini sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan.
Oriented-wedgw theory, Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif   ada bagian yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak.
            Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a.       Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b.      Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
     Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
     Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah “HLB” (Hydrophyl Lipophyl Balance), yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.
Di bawah ini adalah tabel, HLB dan beberapa contohnya :
Aktivitas dan harga HLB surfaktan
Aktivitas
HLB
Antibusa
1 sampai 3
Pengemulsi (a/m)
3 sampai 6
Zat pembasah
7 sampai 9
Pengemulsi (a/m)
8 sampai 18
Pelarut
15 samapi 20
Detergen
13 sampai 15


    Contoh Harga HLB untuk pengemulsi yang terpilih
Zat
HLB
Etilen glikol distearat
1.5
Sorbitan tri stearatm(span 65*)
2,1
Propilen glikol monostearat
3,4
Sorbitan monooleat (span 80*)
4,3
Sorbitan monostearat (span 60*)
4,7
Dietilen glikol monolaurat
6,1
Sorbitan monopalmitat (span 40*)
6,7
Sukrosa dioleat
7,1
Gom
8,0
Polioksietilen laurel eter (brij 30*)
9,7
Gelatin
9,8
Polioksietilen monostearat (myrj 45*)
11,1
Trietanolamin oleat
12,0
Tragakan
13,2
Polioksietilen Sorbitan monostearat (Tween 60*)
14,9
Polioksietilen Sorbitan monooleat (Tween 80*)
15,0
Polioksietilen Sorbitan monolaurat (Tween 20*)
16,7
Natrium oleat
18,0
Kalium oleat
20,0
Natrium lauril sulfat
40,0
Keterangan :
*ICI Americas, Inc., Wilmington, Delaware :
Adapun Rumusnya, Yaitu :
a.       Rumus 1:
A% b =  x 100%
B% a = (100%-A%)
Keterangan :
x: harga HLB yang diminta (HLB butuh)
A: harga HLB yang tinggi
B: harga HLB yang rendah
b.      Rumus 2:
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (Bcampuran x HLBcampuran)
Ketrangan : B = Bobot emulgator
Teori plastik atau teori lapisan antarmuka menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi ; makin kuatb  dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan makin stabilemulsinya.



11.6 Zat Pengemulsi Dan Zat Penstabil                       
§  Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 379
 Zat pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem farmasi adalah sebagai berikut:
1.      Bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami: akasia (gom), tragakan, agar, kondrus, dan pektin. Bahan-bahan ini membentuk koloida hidrofilik bila ditambahkan ke dalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a.  Gom mungkin merupakan zat pengemulsi yang paling sering digunakan dalam preparat emulsi yang dibuat baru (r.p) oleh ahli farmasi di apotek. Tragakan dan agar umumnya digunakan sebagai zat pengental dalam produk-produk yang diemulsikan dengan gom.
2.      Zat-zat protein seperti: gelatin, kuning telur, dan kasein. Zat-zat ini menghasilkan emulsi m/a. Kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah bahwa emulsi yang disiapkan  dari gelatin seringkali terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3.      Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti: stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat. Bahan-bahan ini digunakan terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk emulsi m/a dari lotio dan salep tertentu yang digunakan sebagai obat luar . kolesterol dan turunan kolesterol bisa juga digunakan sebagai emulsi untuk obat luar dan menghasilakn emulsi a/m.
4.      Zat-zat pembasah, yang bisa bersifat kationik, anionik dan nonionik. Zat-zat ini mengandung gugus-gugus hidrofilik dan lipofilik, dengan bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan dari molekul tersebut. Dalam zat anionik, bagian lipofilik ini bermuatan negatif, tapi dalam zat kationik bagian lipofilik ini bermuatan positif. Lantaran muatan ionnya yang berlawanan; zat anionik dan zat kationik cenderung untuk saling menetralkan jika ada dalam sistem yang sama, jadi kedua bahan ini tidak tercampurkan satu dengan lainnya. Zat pengemulsi nonionik menunjukkan tidak adanya kecenderungan untuk mengion. Tergantung pada sifatnya masing-masing, beberapa dari grup ini membentuk emulsi m/a dan lainnya membentuk emulsi a/m. Zat pengemulsi anionik termasuk berbagai jenis sabun bervalensi satu, bervalensi banyak, dan sabunorganik seperti trietanolamin oleat dan sulfonat seperti natrium laurilsulfat. Benzalkonium klorida terkenal terutama karena sifat bakterisidanya, bisa digunakan sebagai suatu zat pengemulsi kationik. Zat-zat tipe nonionik termasuk ester-ester sorbitan dan turunan polietilen.
5.      Zat padat yang terbagi halus , seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida, dan aluminium hidroksida. Ini umumnya membentuk emulsi m/a bila bahan yang tidak larut ditambahkan ke fase air jika ada sejumlah volume fase air lebih besar daripada fase minyaknya. Tetapi, jika serbuk padat yang halus ini ditambahkan ke dalam minyak dan volume fase minyak  lebih besar, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m.


11.7 Cara Membedakan Tipe Emulsi
§  Menurut Ilmu Resep halaman 133
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi, yaitu:
1.      Dengan pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe O/W dapat diencerkan dengan air dan tipe W/O dapat diencerkan dengan minyak.
2.      Dengan pengecetan atau pewarnaan
Zat warna akan tersebar merata dalam emulsi jika zat tersebut larut dalam fase eksternal emulsi tersebut. Misalnya (dilihat di bawah mikroskop):
a.       Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe W/O, karena Sudan III larut dalam minyak.
b.      Emulsi + larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe O/W, karena metilen biru larut dalam air. Selain metilen biru, metilen merah dan amaranth juga dapat dugunakan untuk emulsi O/W karena memberikan warna merah.
3.      Dengan kertas saring atau kertas tisu
Jika emulsi diteteskan pada kertas saring tersebut terjadi noda minyak, berari emulsi tersebut tipe W/O, tetapi jika terjadi basah merata berarti emulsi tersebut tipe O/W.
4.      Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt dan neon ¼ watt, semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe O/W, dana akan mati jika dicelupkan pada emulsi W/O.

11.8 Kestabilan Emulsi
§  Menurut Ilmu Resep Halaman 133
Emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti di bawah ini :
1)      Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase disper lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel , artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. Tetapi jika agrerat tersebut sukar untuk dipecahkan atau pengocokan tidak mencukupi sebelum digunakan, maka akan diperoleh pemberian dosis dari zat sebagai fase terdispers yang tidak tepat.
2)      Koalesensi dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fasetunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat ireversibel (tidak dapat diperbaiki kembali). Hal ini terjadi karena:
·         Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan Ph, penambahan elektrolit CaO/CaCl2 eksikastus.
·         Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyarungan, pendinginan, pengadukan.Peristiwa biologis : seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi.
3)      Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irevresibel.

11.9 Cara membuat Emulsi
§  Menurut Ilmu Resep halaman 131
Emulsi dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh ahli farmasi di apotek. Ketiga metode tersebut adalah :
a.       Metode Gom Kering Atau Metode Kontinental.
Metode ini juga dikenal sebagai metode “4:2:1” karena untuk tiap 4 bagian (volume) minyak, 2 bagian air, dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat emulsi utama atau emulsi awal. Dalam metode ini gom atau zat pengemulsi m/a lainnya dihaluskan dengan minyak dalam wedgewood  kering atau mortir porselen dengan sempurna sampai seluruhnya bercampur. Harus digunakan mortir dengan permukaan dalam yang kasar. Sesudah minyak dan gom dicampur, dua bagian air kemudian ditambahkan sekaligus, dan campuran tersebut digerus dengan segera dan dengan cepat serta terus menerus sampai emulsi utama terbentuk berwarna putih krim dan menghasilkan suara “krek” pada pergerakan alu umumnya dibutuhkan waktu 3 menit.Bahan formulatif cair lainnya yang  larut  dalam fase luar atau  bercampur dengan fase luar kemudian bisa ditambahkan  ke emulsi utama tersebut dengan pengadukan. Zat padat seperti pengawet, zat penstabil, zat warna,  dan bahan pemberi rasa biasanya dilarutkan dengan air dalam volume yang sesuai dan ditambahkan sebagai larutan ke emulsi utama tersebut. Bila semua zat yang diperlukan sudah ditambahkan, emulsi dipindahkan ke suatu gelas ukur dan volumenya dicukupkan dengan air yang terlebih dahulu telah digunakan untuk membilas mortar.

b.      Metode Gom Basah Atau Metode Inggris.
Dalam metode ini digunakan proporsi minyak, air dan gom yang sama seperti pada metode gom kering atau metode kontinental, tapi urutan pencampurannya berbeda dan perbandingan bahan-bahannya bisa divariasi selama pembuatan emulsi primer jika diinginkan oleh pembuatnya. Umumnya mucilago gom dibuat dengan menghaluskan gom arab granular dengan air dua kali beratnya dalam suatu mortir. Minyaknya kemudian ditambahkan sebagian-sebagian dengan perlahan-lahan dan campuran tersebut diaduk sampai  minyaknyaa teremulsi. Campuran tersebut haruslah kental selama proses itu, penambahan air bisa ditambahkan  dan diaduk ke dalam campuran tersebut sebelum bagian minyak berikutnya ditambahkan. Kemudian, bahan formulatif lainnya ditambahkan dan emulsi tersebut dipindahkan ke gelas ukur untuk mencukupkan volumenya dengan air.  Umumnya metode gom kering ini lebih cocok untuk pembuatan emulsi minyak-minyak yang sangat kental.

c.       Metode Botol Atau Metode  Botol Forbes.
Untuk pembuatan emulsi yang dibuat baru dari minyak-minyak menguap atau zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah digunakan metode botol. Dalam metode ini serbuk gom arab ditaruh dalam suatu botol kering, kemudian ditambahkan dua bagian, air dan campuran tersebut di kocok dengan kuat dalam wadah yang tertutup.Suatu volume air yang sama dengan minyak kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus mengocok campuran tersebut setiap kali ditambahkan air. Jika semua air sudah ditambahkan, emulsi  utama yang terbentuk bisa diencerkan sampai mencapai volume yang tepat dengan air atau larutan zat formulatif lain dalam air.

11.10      Keuntungan Dan Kerugian Emulsi
§  Menurut Farmasetika Dasar halaman 97-98
Berikut ini keutungan dan kerugian dari Emulsi, yaitu sebagai berikut :
1.      Keuntungan Emulsi :
a.       Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil.
b.      Bagi orang susah menelan tablet dapat menggunakan sedian emulsi sebagai alternatif
c.       Dapat menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair.
d.      Meningkatkan penerimaan oleh pasien
2.      Kerugian Emulsi :
a.       Sediaan emulsi kurang praktis dari pada sediaan tablet
b.      Sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah daripada sediaan tablet, karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhkan bakteri;
c.       Takaran dosis sediaan emulsi kurang teliti.
















BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 FORMULA YANG DISETUJUI


R/ EMULSI PARAFIN LIQUIDUM
KOMPOSISI
Tiap 100 ml mengandung:
Parafin liquid              20%
Span 80                       2%
Tween 80                    2%
Na CMC                     1%
Na Benzoat                 0,01%
BHT                            0,02%
Sorbitol                       10%
Ol.citrus                      2%
Aquadest                     100%

 
 












MASTER FORMULA

MASTER FORMULA

Nama Produk            : Emulsi Parafin Liquid
Tanggal Produksi      : 05-06-2014
No.Reg                       : DKL 1402020033 A1
Produksi
MKS-INA
EMULSI PARAFIN LIQUIDUM
Tgl produksi
05-06-2014
Tgl formula
05-06-2014
formulator
Kelompok 4
Di setujui oleh
Kode bahan
Nama bahan
Kegunaan
Fase air
Fase minyak
Jml perdosis
Jml perbatch
PL - 01
Parafin liquid
Zat aktif

ü   
20 g
200 g
SP – 02
Span 80
Emulgator

ü   
0,57 g
20 g
TW - 03
Tween 80
Emulgator
ü   

1,43 g
20 g
Nac - 04
Na CMC
Penambah viskositas
ü   

1 g
10 g
BHT - 05
Butil Hidroxil toluenum
Anti oksidan

ü   
0,02 g
0,2 g
SR - 06
Sorbitol
Pemanis
ü   

10 g
100 g
OC – 07
Oleum citrus
Pengaroma
ü   

2 g
20 g
NB - 08
Natrium benzoat
Pengawet
ü   

0,1 g
1 g
AQ - 09
Aquadest
Pelarut
ü   

72,75 ml
727,5 ml
Farmakologi  :
Indikasi                       :peradangan sekitar usus misalnya hemoroid, paska  operasi dan      alergi    pada  kulit.
Kontra indikasi           : penggunaan pencahar pada pasien dengan dugaan apendisitis, obstruksi        usus atau sakit perut yang tidak diketahui sebabnya, dapat membahayakan.Semua pencahar tidak boleh di berikan pada pasien dengan mual, muntah, spasme, kolik atau berbagai gangguan abdomen lainnya.
Farmakokinetek          : khasiatnya sebagai lakasatif yaitu obat yang di gunakan dalam terapi untuk  memeperlancar buang air, dengan memepercepat jalannya tinja dalam usus dengan memepengaruhi konsistensi dan jumlah tinja dan kemudian untuk pelepasannya dari rektum.
Efek samping              : dapat menyebabkan alergi pada kulit
Deskripsi Indikasi
Menurut ISO halaman 461
obat untuk saluran cerna adalah obat yang di gunakan dalam terapi untuk mengatasi kondisi patologi yang terjadi dan terdapat pada sistem saluran cerna, apakah oleh karena tekak lambung, mulas, sebah,kembung, sakit uluati,kolik,hemoroid, ataukah oleh karena diare. Obat untuk saluran cerna yang diuraikan meliputi antisida dan antiulkus, antibusa, antiemetik, antihemorrhoid, antispasmodik, obat untuk diare dan lakasit.

III.1.1  Alasan penambahan
§  Span 80
Yang termasuk contoh dari surfaktan yaitu setiltrimetil amonium dan polisorbatum 80 dimana surfaktan membantu sediaan emulsi dalam membentuk suatu agregat dimana bahan atau partikel tersebut berhubungan secara bersamaan.
§  Tween 80
Tween 80 menurunkan tegangan antar muka antar obat dan medium sekaligus membentuk miselsehingga melokul obat akan terbawa oleh misel larut dalam medium. Penggunaannya juga sebagai surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel.
§  Na CMC
Kelarutan NaCMC yaitu larut dalam air, memberikan larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut organik.  Ph = 1% dalam air dengan ph 6-8,5 stabil pada range ph 5-10, fisikositas mucilago NaCMC menurun drastis pada ph <5 atau ph >10. Mucilago ini lebih peka terhadap perubahab ph dari pada metaselulosa.
§  BHT
BHT merupakan zat antioksidan (anti oksidan) yang ditambahkan pada minyak atau lemak agar tidak menjadi tengik. Itu artinya minyak tersebut telah teroksidasi oleh udara. Zat anti oksidan itu merupakan zat yang akan mencegah asam lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak /lemak pada agar tidak teroksidasi oleh cahaya mempunyai dampak besar pada kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Maka dari itu diperlukan antioksidan yang dapat mencegah terjadinya oksidasi makanan, antioksidan yaitu bahan untuk maencegah/menghambat oksidasi.
§  Sorbitol
Alkohol-gula ini digunakan untuk laksans secara oral maupun dalam klisma. Resorbsinya dari usus lambat dan tidak menentu. Dalam hati sorbitol lambat laun di ubah menjadi fruktosa dan untuk sebagian kecil langsung menjadi glukosa. Daya manisnya 50% dari sakarosa, pasien diabetes boleh menggunakan sorbitol sebagai zat pemanis, maksimal 50g sehari.
§  Oleum citrus
Sensasi rasa dasar adalah asin, manis, pahit dan asam. Suatu kombinasi zat pemberi rasa biasanya di perlukan untuk menutupi sensasi rasa secara efektif.
§  Na Benzoat
Suatu pengawet yang ideal dapat secara dengan kualitatif sebagai salah satu kriteria berikut :
1.      Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme terutama spektrum luas.
2.      Pengawet harus stabil, secara fisik, kimia dan mikrobiologi selama masa berlaku produksi tersebut
3.      Pengawet harus tidak toksik,tidak mensistensi, larut dengan memadai, dapat bercampur dengan komponen-komponen formula dan dapa diterima, dilihat dari rasa dan bau pada konsentrasi yang digunakan.
§  Air suling
Air sering kali di gunakan sebagai pembawa dan pelarut untuk masu di tambahkan bahan obat. Aquadest tidak berasa, bebas dari iritasi dan kerusakan aktiftas farmakologi membuatnya ideal untuk di gunakan.









111.1.2  Perhitungan bahan
a.      Perdosis
Parafin liquidum       :  20/100 x 100 ml = 20 g
Spaan - 80                 :  2/ 100 x 100 ml = 2 g = 0,57 g
Tween – 80               :  2/ 100 x 100 ml = 2 g = 1,43 g
Na CMC                   :  1/100 x 100 ml = 1 g
Na Benzoat               :  0,1/ 100 x 100 ml = 0,1 g
BHT                          :  0,02 / 100 x100 ml = 0,02 g
Sorbitol                     :  10 / 100 x 100 ml = 10 ml
Oleum citrus             :  2/100 x 100 ml = 2 g
Aquadestilata            :  100 ml – (20+2+2+1+0,1+0,02+10+2)
                                      100 ml – 47,12
                                     = 62,88 ml

b.      Perhitungan HLB
HLB Parafin    = 12
HLB Tween    = 15
HLB Span       = 4,3
Konsentrasi surfaktan 2% = 2/100 X 100 = 2 g
Misal bobot tween-80 = a, maka bobot span-80 = 2-a
(a x HLB tween-80) + (2-a x HLB Span-80) = 2 x HLB Parafin
(a x 15) + (2 – a x 4,3)          = 2 x 12
15a – 4,3a   = 24-8,6
10,7a           = 15,4
        a            =  
tween-80     = 1,43
jadi, span-80           = 2 – 1,43
                    = 0,57

c.       Perbatch
Parafin liquidum         =  20g x 10 = 200g
Span-80                       =    2g x 10 = 20g
Twen-80                      =    2g x 10 = 20g
NaCMC                      =   1g x 10 = 10g
Na Benzoat                 =  0,1g x 10 = 1g
BHT                            = 0,02g x 10 = 0,2g
Sorbitol                       =    10g x 10 = 100g
Ol.citrus                      =    2g   x 10 = 20g
Aquadest                     =  62,7 x 10 = 627g






111.1.3 Cara kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dikalibras botol ad 100 ml
3.      Ditimbang semua bahan yang akan di gunakan
4.      Di masukkan air panas ke dalam lumpang sebanyak 10 ml. Lalu masukkan NaCMC sedikit demi sedikit hingga membentuk mucilago (campuran 1)
5.      Fase air: Dimasukkan aquadest 20 ml dan tambahkah Tween 80, dilebur diatas penangas air hingga larut.
6.      Fase minyak: Parafin liquid, span 80 dan BHT dilebur diatas penangas air.
7.      Dilarutkan Na Benzoat dan Sirupus simplex kedalam fase air aduk hingga homogen.
8.      Dimasukkan fase minyak kedalam lumpang, tambahkan sedikit demi sedikit fase air sambil digerus dan ditambahkan Na CMC gerus hingga homogen.
9.      Diteteskan oleum citrus sebanyak 2 tetes dan digerus hingga homogen lalu di masukkan kedalam wadah dan cukupkan volumenya hingga 100ml lalu di gojok dan diberi etiket.





BAB IV
PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Alasan parafin liquid dibuat emulsi karena parafin liquid praktis tidak larut dalam air dan hanya larut dalam jenis minyak dan juga untuk emulsi yang tipe minyak dalam air yang di berikan secara oral memungkinkan pemberiannya yang harus dimakan mempunyai rasa lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, ukuran partikel minyak tersebut dapat juga mempertahankan minyak agar lebih mudah di cerna dan diabsorbsi serta dapat meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik.
Untuk mengetahui antara fase minyak dan fase air apabila keduanya mempunyai volume yang sama adalah dari bobot jenisnya, pada saat dimasukkan kedalam wadah  fase yang memiliki bobot jenis besar maka akan di bawah dan fase yang memiliki bobot jenis rendah akan di atas atau mengembang.
Tujuan dari pembuatan emulsi parafin liquid adalah untuk memberikan efek lakasif  karena obat ini di gunakan dalam terapi untuk memperlancar buang air, dengan mempercepat jalannya tinja dalam usus dengan mempengaruhi konsistensi dan jumlah tinja dan kemudian untuk pelepasannya dari rektum.
Dalam pembuatan sediaan emulsi ada 3 cara yang digunakan, yaitu Metode Kontinental (Gom kering) adalah membuat emulsi primer/awal/utama atau kospus emulsi terlebih dahulu dengan pebandingan minyak:air:emulgator = 4:2:1.Metode Inggris Gom Basah) adalah cocok untuk membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat kental. Dalam cara ini terlebih dahulu dibuat musilago yaitu I bagian gom dengan 2 bagian air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit minyak sambil digerus cepat. Metode botol adalah cocok untuk membuat emulsi minyak yang mudah menguap (minyak atsiri) dan mempunyai viskositas rendah (minyak yang tidak kental) karena percikan/semburan dapat dicegah. Satu bagian emulgator kering dimasukkan kedalam botol dan tambahkan 2 bagian minyak atsiri, lalu kocok hingga terbentuk emulsi. Tambahkan fase luar sisa sedikit demi sedikit, kocok setiap penambahan. Metode Penyabunan adalah cara ini untuk emulsi yang terjadi dengan zat pengemulsi sabun. Sabun sebagai emulgator dan minyak sebagai asam lemak atau bereaksi dengan basa atau alkali akan membentuk sabun.
Perbandingan fase dalam dengan fase luar seringkali ditentukan oleh kelarutan zat aktif,yang harus terdapat pada suatu tingkat efektif secara farmakologis. Jika hal ini bukan merupakan pertimbangan utama, perbandingan fase secara normal di tentukan oleh konsistensi yang dikehendaki. Sebagai patokan dapat dianggap bahwa emulsi cair dihasilkan dari tingkat fase dalam yang rendah, sedangkan emulsi yang lebih berat merupakan hasil dari presentasi fase dalam yang lebih tinggi.Berdasarkan fase terdispersinya emulsi dibagi menjadi emulsi minyak dalam air (m/a) yaitu fase minyak terdispersi dalam fase air dan emulsi air dalam minyak (a/m) yaitu fase air terdispersi dalam fase minyak.
Adapun teori terbentuknya emulsi adalah teori tegangan permukaan (surface tension). Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tari menarik antarmolekul yang tidak sejenis yang disebut daya adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang tejadi dibidang batas, semakin sulit kedua zat cair tersebut bercampur. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge) teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air (hidrofilik)  dan ada bagian yang suka minyak atau  mudah larut dalam minyak (lipofilik).  Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu dilakukan pemisahan bahan-bahan yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak.Cara kerja dalam sediaan ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan di butuhkan, kemudian kalibrasi botol ad 100 ml. Lalu ditimbang semua bahan yang akan digunakan. Kemudian di masukkan air panas ke dalam lumpang sebanyak 10 ml. Lalu masukkan NaCMC sedikit demi sedikit hingga membentuk mucilago (campuran 1).  Untuk fase air: Dimasukkan tween 80, Na Benzoat dan sirupus simplex kedalam cawan porselin lalu dipanaskan diatas penangas air. Fase minyak: Dimasukkan paraffin liquid kedalam cawan porselin yang telah berisi span 80 dan BHT lalu dipanaskan diatas penangas air.Kemudian dimasukkan fase minyak kedalam lumpang, tambahkan sedikit demi sedikit fase air sambil digerus, dan ditambahkan NaCMC lalu digerus hingga homogeny.  Terakhir di teteskan dengan oleum citrus sebanyak 2 tetes dan dimasukkan kedalam wadah dan cukupkan volumenya hingga 100 ml lalu di gojok dan di beri etiket.
Pada praktikum ini pemanis yang digunakan adalah sorbitol,tetapi karena bahannya tidak ada (habis) maka sebagai penggantinya digunakan sirupus simpleks.








BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
         Dari hasil praktikum yang telah di lakukan maka di simpulkan bahwa:
1.      Jumlah emulsi parafin liquid yang berhasil di buat oleh kelompok 4 adalah sebanyak 3 botol yang masing – masing berisi 100 ml
2.      Bentuk sediaan eliksir yang dibuat adalah berwarna putih dengan aroma jeruk.

V.2. Saran
        Saran untuk laboratorium sebaiknya bahan yang akan digunakan harus dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang kita inginkan.





DAFTAR PUSTAKA

Anief. Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan Praktik. Gadjah Mada Press.                          
            Yogyakarta
Ansel, H.C. 1981. Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi
            ke-3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Lachman. L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri. terjemahan Siti Suyatmi.  
            UI Press, Jakarta.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran: EGC, Jakarta












LAMPIRAN


                                  








3 komentar: