LABORATORIUM FARMASEUTIKA
PROGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR
LAPORAN LENGKAP
TEKNOLOGI FARMASI
OLEH
:
KELOMPOK IV
Asisten : Nielma Auliah.,S.Si.,Apt.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
KELOMPOK IV
Ø Rahayu
Juwita
(13 3145 401 029)
Ø Riska Dulla (13 3145
401 030)
Ø Sasmita (13
3145 401 031)
Ø Selvinayanti (13 3145
401 032)
Ø Sulfia
ningsih (13
3145 401 033)
Ø Sri
Putriyanti (13
3145 401 034)
Ø Tifani
Seplika Bara (13
3145 401 035)
Ø Sri
Windayani (13
3145 401 018)
Ø Nining
Suryaningsih (13
3145 401 036)
Ø Nur
Fauziah.B (13
3145 401 037)
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur patut kita panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas limpahan
Rahmat dan penyertaanNya kami dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum ini
tepat pada waktunya. Adapun isi dari laporan kami yaitu membahas tentang
teknologi sediaan semi solid dan liquid yang meliputi LARUTAN, SUSPENSI dan
EMULSI. dimana dalam dunia kesehatan pengetahuan tentang materi ini sangat
diperlukan terutama dalam dunia farmasi. Dalam tahap dunia kerja peran
pengetahuan ini juga masih berlanjut. Oleh karena itu dalam makalah ini kami
menyajikan materi ini secara lengkap.
Dengan
terselesainya laporan ini, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut serta dalam penyelesaiannya. Seiring dengan hal
tersebut kami sebagai manusia biasa juga menyadari akan segala kekurangan
didalamnya. Olehnya itu sumbang saran sangat kami harapkan dari teman-teman
yang lain maupun dosen mata kuliah yang bersangkutan dalam rangka penyempurnaan
laporan-laporan berikutnya.
Akhirnya,
kami selaku penyusun mengharapkan semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
sekalian.
Makassar,12
Juni 2014
Penyusun
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum “Teknologi Sediaan Farmasi” diajukan memenuhi
salah satu persyaratan kelulusan Mata Kuliah Teknologi Sediaan Farmasi- Jurusan
DIII Farmasi Stikes Mega Rezky Makassar.
Adapun percobaan yang dilakukan:
No
|
Nama
percobaan
|
Tanggal
praktikum
|
Asisten
|
Paraf
|
1.
|
Formulasi Elixir Parasetamol
|
08-05-2014
|
Nielma Auliah., S.Si., Apt
|
|
2.
|
Formulasi Suspensi Asam Mefenamat
|
22-05-2014
|
Nielma Auliah., S.Si., Apt
|
|
3.
|
Formulasi Emulsi Parafin Liquidum
|
05-06-2014
|
Nielma Auliah., S.Si., Apt
|
|
|
Makassar, 12 juni 2014
Koordinator praktikum,
(Nielma Auliah,
S.Si., Apt)
LABORATORIUM FARMASETIKA
POGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR
LAPORAN PRAKTI.
KUM TEKNOLOGI FARMASI
”ELIXIR PARACETAMOL”
KELOMPOK
IV
Asisten : Nielma Auliah., S.Si., Apt
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA
REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah
tertentu pelarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau
terlarut secara kimia maupun fisika kedalam bahan cair.Contoh larutan yang umum
dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan,seperti garam atau gula
dilarutkan dalam air.gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan misalnya
karbondioksida atau oksida dalam air.Selain itu,cairan dapat pula larut dalam
cairan lain,sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan
padat,misalnya aloi(campuran logam)dan mineral tertentu.
Elixir
adalah larutan jernih dan manis dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan. Elixir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung
kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif disbanding sirup
dalam menutupi rasa senyawa obat.
Pada
praktikum ini sediaan yang akan dibuat adalah larutan elixir. Dimana elixir
merupakan salah satu jenis larutan yang menggunakan etanol sebagai bahan
pelarutnya. Untuk menambah warna dan aroma pada sediaan yang dibuat dan
menambah daya tarik terhadap sediaan obat tersebut maka dibuat dalam bentuk
sediaan elixir.
I.2 Maksud dan Tujuan
Percobaan
I.2.1
Maksud percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami
tentang sediaan larutan khususnya elixir.
1.1.1
Tujuan Percobaan
§ Untuk
mengetahui bentuk dari sediaan larutan elixir.
§ Untuk
mengetahui komposisi sediaan elixir.
§ Untuk
membedakan sediaan elixir dengan bentuk sediaan larutan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Pengertian Larutan dan Kelarutan
a.
Pengertian
Kelarutan
§ Menurut
Farmakope edisi III halaman XXX
Untuk
menyatakan kelarutan zat kimia , istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang
perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada
pelarut tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah
kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan
bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam
bagian volume tertentu pelarut.
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 306
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu
pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.
b.
Pengertian
Larutan
§ Menurut
Farmakope edisi III halaman 32
Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan
lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah
harus dapat dikosongkan dengan cepat.
§ Menurut
Ilmu Resep halaman 81
Larutan
terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia meupun
fisika kedalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan
langsung(direct) dan larutan tidak langsung (indirect).
§ Menurut
Formularium Nasional halaman 332
Larutan
adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan 1 jenis obat atau lebih dalam
pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam rongga
tubuh.disesuaikan dengan tujuan penggunaan, larutan dibagi dalam larutan steril
dan larutan tidak steril.
II.2 Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 307
Suhu
merupakan factor yang penting dalam menentuka kelarutan suatu obat dan dalam
mempersiapkan kelarutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila
dilarutkan dan dikatakan mempunyai panas larutan negatif, yang menyebabkan
meningkatnya kelarutan dengan kenaikan suhu.Disamping suhu, factor-faktor lain
juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan kimia dan
sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut,factor tekanan,
keasaman atau kebasaan dari larutan , keadaan bagian dari zat terlarut dan
pengadukan secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya
proses melarut.
§ Menurut
Ilmu Resep halaman 84-89
Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan,yaitu:
a. Sifat
polaritas zat terlarut dan pelarut
Dalam
hal ini,diperbolehkan berdasarkan pengamatan bahwa molekul-molekul dengan
distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik. Artinya, molekul
polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar,adapun yang nonpolar akan
larut dalam media nonpolar,konsep tersebut kurang tepat bila diterapkan pada
zat yang kelarutannya rendah.
b. Sifat
kelarutan
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
·
Dapat larut dalam air
Semua
garam klorida larut,garam nitrat larut kecuali nitrat basah seperti bismuth
subitrat.Semua garam sulfat larut terkecuali BaSO4,PbSO4,CaSO4(Sedikit
larut)
·
Tidak larut dalam air
Seperti
garam karbonat dalam air terkecuali K2CO3,NaCO3(NH4)2CO3.
c. Temperatur
Beberapa
zat padat pada umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan,dan dikatan
zat itu bersifat eksoterm.Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru
menyebabkan zat itu tidak larut,zat ini dikatakan bersifat endoterm.
d. Permbentukan
kompleks
Pembentukan
kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan
zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.Contoh:Larutan
Iodin dalam larutan KI atau NaI dalam air. Larutan kofein didalam larutan
Na-salisilat atau Na-Benzoat dalam air.
e. Efek
ion bersama
Obat
yang tidak larut sering disebut suspensi.disini ada keseimbangan antara
partikel padat dengan larutan jenuhnya.Contoh:Suspensi prokain penisilin yang
ditambahkan prokain HCl yang mudah larut
dalam air akan mengurangi ion penisilin dalam larutan,karena produk kelarutan
atau konstanta keseimbangan kelarutan suatu senyawa pada suhu konstanta adalah
tetap.
f. Ukuran
partikel
Efek
ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika
partikel mempunya dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kir 10% dalam
kelarutannya.kenaikan ini disebabkan adanya energy bebas permukaan yang besar
dihubungkan dengan partikel yang kecil. Kecepatan kelarutannya suatu zat
dipengaruhi oleh ukuran partikel,makin halus zat terlarut,makin kecil ukuran
partikel,makin luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehinggan zat
terlarut makin cepat larut.kedua suhu Dn terakhir pengadukan.
g. Struktur
air
Struktur
air sangat peka terhadap beberapa factor seperti suhu,permukaan dan zat
terlarut yang dapat memperkuat, memperlemah,mengubah atau memecahkan seluruh
larutan.
h. Ukuran
dan bentuk molekul
Sifat-sifat
dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabnkan oleh ukuran molekulnya
yang kecil.jika ukuran partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair
untuk menembus dan melarutkan Kristal.
i.
Hidrotopi
Hidrotopi
adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau
sukar larut dengan penambahan senyawa lain.
j.
Salting out dan salting
in
Salting
out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan
zat utama.Contohnya kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam
larutan tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
k. Co-Solvency
Co-solvency
adalah suatu peristiwa kenaikan kalarutan karena penambahan pelarut alain atau
modifikasi pelarut.Misalnya,luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam
campuran air-gliserin.
Tabel
Istilah Kelarutan :
Istilah
|
Bagian pelarut yang diperlukan
Untuk melarutkan 1 bagian zat
|
Sangat
mudah larut
|
Kurang
dari 1
|
Mudah
Larut
|
1 sampai
10
|
Larut
|
10 sampai
30
|
Agak
Sukar Larut
|
30 sampai
100
|
Sukar
Larut
|
100
sampai 1000
|
Sangat
sukar larut
|
1000
sampai 10000
|
Praktis
tidak larut
|
Lebih
dari 10000
|
11.2 Pembagian Larutan
§ Menurut
Formularium Nasional halaman 332
a. Larutan
steril, meliputi larutan untuk untuk pemakaian luar dalam pengobatan luka dan kulit
terkelupas,larutan antikoagulan, irigasi kandung kemih, larutan dialisa
intrapertoneum dan larutan pekat untuk pembuatan injeksi.
b. Larutan
tidak steril, meliputi larutan untuk obat dalam, baik larutan yang langsung
diminum ataupun larutan yang harus diramu terlebih dahulu , larutan untuk kulit
yang tidak terkupas dan larutan hemodialisa. Selama pembuatan harus
diperhatikan agar sedapat mungkin harus dihindarkan terjadinya kontaminasi
jasad renik.
c. Larutan
antiseptikum, mudah sekali dicemari jasad renik yang telah resistan. Karena itu
dalam pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal sebagai berikut.Larutan
harus dibuat menggunakan air suling atau air yang baru saja dididihkan dan
wadah yang digunakan harus betul-betul bersih, lebih baik disterilkan terlebih
dahulu, tutup gabus jangan digunakan. Larutan ini tidak boleh digunakan lebih
lama dari 1 minggu sejak tutupnya telah dibuka pertama kali.
§ Menurut
Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 15-16
a. Larutan
oral adalah sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air.
b. Larutan
topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air,tetapi seringkali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan peliol untuk penggunaan pada
kulit,atau dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan
mukosa mulut.
c. Larutan
otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi.
d. spirit
adalah larutan yang mengandung etanol atau hidri alcohol dari zat mudah
menguap, umumnya di gunakan sebagai bahan pengaroma.
e. Tingtur
adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang di buat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
f. Air
aromatic adalah larutan jernih dan jenuh dalam aie, dari minyak mudah menguap
atau senyawa aromatic, atau bahan mudah menguap lainnya airaromatik di buat
dengan cara distilasi dan di simpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya dan
panas berlebih.
II.3 Komposisi Larutan
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 328-335
a. Sirup-sirup
dengan dasar sukrosa dan bukan sukrosa
Sukrosa adalah gula
yang paling sering digunakan dalam sirup-sirup, walaupaun dalam keadaan khusus
dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti dektrose
atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dan propilenglikol. Dalam beberapa
contoh, semua zat glikogenetik (senyawa yang diubah jadi glukosa dalam tubuh),
termasuk bahan-bahan yang disebutkan diatas, yang diganti dengan zat-zat bukan
glikogenetik seperti metal selulosa atau hidroksimetilselulosa. Kedua bahan ini
tidak dihidrolisis dan diabsorbsi kedalam aliran darah, dan penggunaanya
menghasilkan pembawa seperti sirup yang baik sekali untuk obat-obat yang
dimaksud untuk digunakan oleh pasien-pasien diabetes dan lain-lainnya yang
dietnya harus dikontrol dan dibatasi dengan zat-zat bukan glikogenetik. Umumnya
fiskositas yang dihasilkan dari penggunaan derivate-derivat selulosa ini
sangat mirip dengan sirup sukrosa.
b. Pengawet
Antimikroba
Jumlah
pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan mikroba
berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan,sifat
dan aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan
formulasi(misalnya banyak dari minyak-minyak pemberi rasa yang sudah bersifat
steril dan mempunyai aktifitas antimikroba), dan dengan kemampuan pengawet itu
sendiri. Diantara pengawet-pengawet yang umum digunakan sebaagi pengawet sirup
dengan benzoate(0,1-0,2%) dan berbagai campuran metal-,propil-,dan
butyl-paraben (Total kira-kira kurang lebih 0,1%) . seringkali alcohol
digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut
dalam alcohol tetapi secara normal alcohol tidak ada dalam produk akhir dalam
jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet(15-20%).
c. Pemberi
rasa
Hampir
semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal
dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh: minyak jeruk), vanili, dan
lain-lain. Untuk membuat sirup yang sedap rasanya karena sirup adalah sediaan
air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Akan
tetapi, kadang-kadang sejumlah kecil alcohol ditambahkan kesirup untuk menjamin
kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air buruk.
d. Pemberi
warna
Untuk
menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang berhubungan
dengan pemberi rasa yang digunakan(misalnya hijau untuk rasa permen, cokelat
untuk rasa cokelat dan sebagainya). Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam
air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari air,tidak bereaksi dengan
komponan lain dari sirup,dan warna stabil pada kisaran pH dan dibawah cahaya
yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi encounter selama masa penyimpanan.
§ Menurut
Teori dan Praktek Farmasi Industri halaman 961-974
a. Pengawet
Suatu
pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu yang
memenuhi criteria berikut:
1. Pengawet
harus efektif terhadap mikroorganisme spectrum luas.
2. Pengawet
harus stabil secara fisika,kimia dan mikrobiologi selama waktu berlaku produk
tersebut.
3. Pengawet
harus tidak toksik, tidak mensensitisasi larutan dengan memadai dapat bercampur
dengan komponen. Komponen formulasi lain dan dapat diterima,dilihat dan dirasa
dan bau pada konsentrasi yang digunakan zat anti mikroba yang telah digunakan
sebagai pengawet dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar senyawa asam,
netral, mercury dan senyawa ammonium kuaterner.
b. Zat
pemanis
Zat pemanis umumnya
merupakan suatu bagian besar dari isi zat padat dalam bentuk-bentuk sediaan
yang membutuhkannya. Sukrosa mempunyai sejarah penggunaan yang panjang, sukrosa
larut dalam media air (larutan mengandung kira-kira 85% sukrosa dapat dibuat).
Sukrosa tersedia dalam bentuk sangat murni dengan harga yang memadai dan stabil.
Secara kimia atau fisika pada kisaran pH 4,0-8,0. Sukrosa seringkali digunakan
bersama dengan sorbitol,gliserin, dan poliol-poliol lain yang dikatakan
mengurangi kecenderungan sukrosa untuk mengkristalkan satu dari manifestasi
kristalisasi.
c. kontrol
viskositas
Kadang-kadang
perlu untuk meningkatkan viskositas suatu cairan untuk bertindak sebagai zat
pembantu agar mudah dimakan atau untuk memperbaiki kemampuan tuangannya. Ini
dapat dicapai dengan meningkatkan konsentrasi gula atau dengan menggabungkan zat-zat
yang mengontrol viskositas seperti polivinil, pirolidon, atau berbagai turunan
selulosa. Senyawa- senyawa ini membentuk larutan dalam air yang stabil dalam
kisaran pH yang luas. Metilselulosa dan karboksimetilselulosa tersedia dalam
sejumlah tingkat viskosital yang berbeda, karboksilmetilselulosa bila digunakan
dalam larutan-larutan yang mengandung konsentrasi alcohol tinggi (sampai 15%)
pengendapan.
d. Pemberi
Rasa
Pemberi
rasa dapat dibagi menjadi 2 kategori, besar pemelihan dan evaluasi banyak sekali
ditulis tentang fase pemberi rasa farmasi tetapi pemelihara merupakan aktivitas
empiris secara total, keempat sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan
asam, beberapa generalisasi sehubungan dengan pemilihan pemberi rasa untuk
menutupi tipe-tipe spesifik dan rasa.
e. Penampilan
Penampilan
keseluruhan dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihannya.
Pemelihara warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa, misalnya hijau atau
biru untuk permen, merah untuk beri. Tipe pewarna tersedia untuk penggunaan
farmasi, kestabilan relatifnya dan daerah pemakaiannya.
f. Stabilitas
1. Stabilitas
kimia
Teknik
untuk meramalkan stabilitas kimia dan system obat homogen didefenisikan dengan
baik ketidakstabilan kimia suatu obat selalu diperbesar dalam larutan,
berlawanan dengan system zat padat atau system suspense. Tetapi stabilitasi ini
sampai batas tertentu diimbangi oleh lamaran, stabilitas yang cepat dan teliti
yang mungkin dengan system-sistem homogen, tetapi sangat riskan dengan
bentuk-bentuk sediaan heterogen. Pengkajian meliputi evaluasi stabilitas dalam
system-sistem obat cair, termasuk asam-asam amino terhadap stabilitas aspirin
dalam larutan propilenglikol dan suatu pengkajian sistematis dari autoresidasi
polisorbat.
2. Kestabilan
fisika
Cairan
oral stabil secara fisik menahan psikositasnya, warna, kejernian, rasa dan bau pada seluruh sel dispernya.
Semua karakteristik ini dapat harus dievaluasi secara subjektif dan secara
objektif. Jika mungkin, selama waktu penafsiran stabilitas contoh yang baru dibuat
harus bertindak sebagai suatu standar awal untuk evaluasi subjektif.
3. Bahan
mentah
Bahan
mentah yang digunakan dalam pembuatan cairan harus sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan masak-masak, spesifikasi ini harus dapat menjamin
cirri-ciri kemurnian, kesatuan dan bebas dari kontaminasi mikroba yang
berlebihan.
II.4
Keuntungan dan Kerugian Larutan
§ Menurut
ilmu resep halaman 89-90
1. Keuntungan
a.Merupakan campuran
homogen
b.Dosis dapat
diubah-ubah dalam pembuatan
c.Dapat diberikan dalam
larutan encer
d.kerja awal obat lebih
cepat karena obat cepat diabsorbsi
e.mudah diberi
pemanis,pengaroma,dan pewarna
f.untuk pemakaian luar,bentuk
larutan mudah digunakan
2. kerugian
a. volume bentuk larutan lebih besar
b.ada obat yang tidak stabil dalam larutan
c.ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
§ Menurut
Farmasetika Dasar halaman 91
1. Keuntungan
a. Lebih
mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi,
anak-anak dan usia lanjut.
b. Segera
diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses
diintegrasi dan pelarutan).
c. Obat
secara homogen terdistribusi keseluruh bagian dari sediaan.
d. Mengurangi
resiko kejadian iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (contohnya aspirin,
KCl) karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.
2. Kerugian
a. Larutan
bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan disimpan.
Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
b. Stabilitas
dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan tablet
atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
c. Larutan
merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.
d. Ketetapan
dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.
e. Rasa
obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan
dalam larutan dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat
diberi pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1
FORMULA YANG DISETUJUI
R/ ELIXIR PARACETAMOL
KOMPOSISI
Tiap 5 ml
mengandung:
PCT 120
mg
Gliserol 2,5 ml
PEG 500 µl
Sorbitol 1,25 ml
Etanol 500 µl
Zat tambahan
Aquadest ad 60 ml
|
MASTER FORMULA
Nama
Produk : Elixir Parasetamol
Tanggal
Produksi : 08-05-2014
No.Reg : DKL 1401010037 A1
Produksi
MKS-INA
|
ELIKSIR
PARACETAMOL
|
|||
Tgl
Formula
08-05-2014
|
Tgl
Produksi
08-05-2014
|
Formulator
Kelompok 4
|
Disetujui
o/
|
|
Kode Bahan
|
Nama Bahan
|
Kegunaan
|
Jml Perdosis
|
Jml Perbatch
|
PCT-01
|
Paracetamol
|
Zat Tambahan
|
158,4 mg
|
15,84 mg
|
GLS-02
|
Gliserol
|
Penambah
kelarutan
|
3,3 ml
|
33 ml
|
PEG-03
|
Polyaethilenglikol
|
Pengawet
|
0,66 ml
|
6,6 ml
|
SBL-04
|
Sorbitol
|
Pemanis
|
0,65 ml
|
6,5 ml
|
ETL-05
|
Etanol
|
Pelarut
|
0,66 ml
|
6,6 ml
|
TR-06
|
Tartrazin
|
Pewarna
|
0,0000013 g
|
0,000013 g
|
OC-07
|
Oleum citrus
|
Pengaroma
|
0,00396 ml
|
0,0396 ml
|
AQ-08
|
Aquadestilata
|
Pelarut
|
Ad 66 ml
|
Ad 660 ml
|
Farmakologi :
Indikasi :
Sebagai analgetik dan anti piretik.
Kontra indikasi : Kerusakan fungsi hati.
Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan
semperna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar
keseluruh cairan tubuh. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom dalam hati.
Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Efek samping :Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati,reaksi hipersensitifitas.
Deskripsi
Indikasi
Menurut ISO halaman 1
Obat
analgetik antipiretik merupakan satu golongan obat yang digunakan dalam terapi
untuk mengatasi rasa nyeri ringan hingga sedang, demam dan diantaranya juga
mengatasi peradangan. Efek analgetiknya terhadap rasa nyeri diduga bersifat
efek perifer, begitu pula dalam dalam hal peradangan juga bersifat efek
perifer. Sedangkan efeknya terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus yaitu
pusat pengaruh suhu tubuh. Efeknya terhadap peradangan diduga terjadi penghambatan
pada sintesis prostaglandin. Selain itu prostaglandin juga dapat menurunkan
suhu tubuh dan penurun suhu demam diperkirakan adanya penghambatan sintesis
prostaglandin pada hipotalamus. Fasodilasi flakulus ferifer meningkatkan
peredaran darah dan keringat, sehingga panaspun hilang.
III.1.2
Alasan Penambahan Bahan
§ Gliserol
Gliserol
adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis dapat bercampur dengan air
dan alcohol, sehingga sebagai suatu pelarut dapat disamakan dengan alcohol.
Tetapi karena kekentalannya zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya
kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserol bersifat sebaagi
bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu
pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air atau alcohol digunakan dalam
banyak preparat untuk obat dalam. Pada formula ini gliserol berfungsi sebagai
tambahan pelarut untuk melarutkan zat aktifnya yaitu parasetamol yang
kelarutannya agak sukar larut dalam air.
§ Polyaethylenglikol
Suatu
pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu
criteria berikut:
a. Pengawet
harus efektif terhadap mikroorganisme terutama spectrum luas.
b. Pengawet
harus stabil secara fisik , kimia, dan mikrobiologi selama masa berlaku produk
tersebut.
Pengawet
harus tidak toksik. Tidak mensensitisasi , larut dengan memadai air, dapat
bercampur dari rasa dan bau pada konsentrasi yang digunakan.
§ Sorbitol
Alkohol-gula
ini (C6H14O6) digunakan sebagai laksans secara
oral maupun dalam klisma. Resorbsinya dari usus lambat dan tidak menentu. Dalam
hati sorbitol lambat laun diubah menjadi fruktosa dan untuk sebagian kecil
langsung menjadi glukosa. Daya manisnya 50% dari sakarosa, pasien diabetes
boleh menggunakan sorbitol sebagai zat pemanis maksimal 50 g sehari.
§ Etanol
Alkohol
encer adalah suatu pelarut hidroalkoholik yang berguna dalam berbagai proses
dan penyiapan berbagai sediaan farmasi. Dengan air alcohol membentuk suatu
campuran hidroalkoholik yang melarutkan zat-zat yang dapat larut dalam alcohol
dan dapat larut dalam air kedua-duanya. Suatu keistimewaan yang terutama
berguna dalam ekstraksi. Zat aktif dari bahan-bahan kasar . Dengan perbandingan
yang bermacam-macam dari kedua bahan konstituen-konstituen aktif akan dapat
terlarut terekstrasi secara selektif atau dibiarkan tinggal menurut sifat-sifat
kelarutan yang khusus dalam menstrum. Alcohol, USP, mengandung 94,9- 96,0 % C2H5OH volume per volume (v/v) ditetapkan pada 15,56
0C standar suhu dari pemerintah Amerika Serikat untuk penetuan alcohol.
Dalam sediaan elixir etanol digunakan sebagai pelarut sesuai dengan sifat bahan
larutan tersebut.
§ Tartrasin
Penggunaan
zat pemberi warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika sebagai pembantu
sensori untuk pemberi rasa yang digunakan dan tujuan ke khasan produk. Zat-zat
obat tertentu sulfur(kuning), cupri sulfat(biru), ferro sulfat (hijau
kebiruan), dan merah mercury iodide (merah menyala) digunakan dalam oabt dan
tidak terpikirkan sebagai pemberi warna dalam sediaan farmasi dalam arti istilah
yang lazim. Untuk jumlah pewarna yang umum ditambahkan ke preparat cairan yang
berkisar antara 0,0005 dan 0,001 % tergantung pada pemberian warna dan
intensitas warna yang diinginkan.
§ Oleum
Citrus
Sensasi
rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan asam suatu kombinasi zat pemberi rasa
biasanya di gunakan untuk menutupi sensasi rasa secara efektif mentol,
chloroform dan berbagai gasam seringkali di gunakan sebagai zat pembantu
pemberi rasa .
§ Air
suling
Air
seringkali di gunakan sebagai pembawa dan pelarut untuk masuk di tambahkan
bahan obat, tidak berasa, bebas dari iritasi, dan kerusakan aktifitas
farmakologi membuatnya ideal untuk di gunakan.
111.1.3
Perhitungan Bahan
a.
Perdosis
Perhitungan
kelebihan : 10% X 60 ml = 6 ml
Jadi,
60 ml + 6 ml = 66 ml
Paracetamol : 120 mg x 66 ml / 50 ml = 158,4 mg
Gliserol : 2,5 ml x 66 ml / 50 ml = 3,3
ml
PEG : 0,5 ml x 66 ml / 50 ml =
0,66 ml
Sorbitol : 1,25 ml x 66 ml / 50 ml = 1,65
ml
Etanol : 0,5 ml x 66 ml /50 ml = 0,66 ml
Tartrasi : 0,001% x 66 ml = 0,0000013 g
Oleum citrus : 0,3% x 66 ml = 0,00396 ml
Aqua destilata : ad 66 ml
b.
Perbatch
Paracetamol : 158,4 mg x 10 botol = 15,84 ml
Gliserol : 3,3 ml x 10 botol = 33 ml
PEG : 0,66 ml x 10 botol = 6,6
ml
Sorbitol : 1,65 ml x 10 botol = 16,5 ml
Etanol : 0,66 ml x 10 botol = 6,6 ml
Tartrasin : 0,0000013 g x 10 botol =
0,000013 g
Oleum citrus : 0,00396 ml x 10 botol = 0,0396 ml
Aqua destilata : ad 660 ml
Perhitungan Pengenceran
§ Tartrazin
0,001 %
50 mg → ad 10 ml
aquadest
1 ml
→ ad 10 ml aquadest
(0,1%)
1 ml →ad 10 ml aquadest
(0,01%)
1 ml → ad 10 ml aquadest
1 ml
(0,001%)
§ Oleum
Citrus 0,3 %
1 ml → ad 10 ml
aquadest
3 ml
(0,3 %)
111.5 Cara Kerja
1. Di
siapkan alat dan bahan
2. Di
klaibrasi botol wadah 60 ml
3. Di
timbang dan di ukur bahan yang di perlukan
4. Buat
pengenceran:
a. Tartrasin
·
Di ambil tartrasin 1 ml
di tambahkan aquadest ad 10 ml di homogenkan kemudian di ambil 1 ml ( 0,1 ml )
·
Di ambil 1ml dari
pengenceran di atas di tambahkan aquadest ad 10 ml di homogenkan kemudian di
ambil 1 ml ( 0,01 ml )
5. Di
timbang PCT dan di masukkan ke dalam lumpang , di tambahkan gliserol sedikit
demi sedikit dan gerus sampai larut.
6. Di
keluarkan dari lumpang, kemudian di pindahkan ke dalam Erlenmeyer . di
tambahkan PEG dan sorbitol aduk hingga homogen , kemudian di tambahkan etanol
dan di aduk hingga homogen.
7. Di
tambahkan tartrasin dan oleum citrus sebanyak 2 tetes. Lalu di masukkan ke
dalam wadah ( botol ) dan di cukupkan volumenya ad 60 ml dan di beri etiket.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Larutan adalah sediaan
cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai
pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar
harus memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah harus dapat.
Eliksir adalah larutan
yang jernih dan manis, biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir
biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih
rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam menutupi rasa senyawa
obat. Jadi dapat disimpulkan bahwa alasan parasetamol dibuat dalam bentuk
sediaan eliksir adalah untuk menambah kelezatan dan agar mempunyai zat
pewarnauntuk meningkatkan penampilannya.
Sifat polar dan
nonpolar dalam sediaan larutan adalah molekul-molekul dengan disrtribusi muatan
yang sama dapat larut secara timbal balik, yaitu polar akan larut dalam media
yang serupa yaitu polar sedangkan molekul nonpolar akan larut dalam media
nonpolar. Dalam hal ini senyawa yang bersifat polar akan larut dalam media
polar begitupun dengan senyawa nonpolar yang larut dalam bentuk sediaan yang
sama. Istilah ini sering dikenal dengan like dissolves like. Konsep polaritas
ini kurang jelas jika diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah karena
terbentuk misel atau agregat.
Salah satu faktor lain
yang juga mempengaruhi larutan adalah temperatur. Dikatakan bersifat eksoterm
jika temperaturnya dinaikkan sebaliknya dikatakan endoterm jika temperaturnya
diturunkan.
Adapun komposisi
larutan salah satunya yaitu pengawet antimikroba. Disini pengawet yang dimaksud
adalat jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan
mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk
pertumbuhan, sifat dan aktifitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa
bahan formulasi dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri.
Keuntungan larutan
adalah dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.Maksudnya adalah sediaan dalam
bentuk larutan lebih mudah untuk memberikan atau mengubah dosis yang akan
diberikan karena bentuk sediaannya sehingga perubahan dosis dapat dilakukan
dengan mudah. Disamping itu kerugian sediaan larutan adalah ada obat yang tidak
stabil dalam larutan. Maksudnya adalah kelarutan tiap-tiap senyawa yang
berbeda-beda dapat mempengaruhi kestabilan obat sehingga menyebabkan ada
sebagian senyawa yang agak sukar larut dalam sediaan obat yang dibuat.
Dalam pembuatan sediaan
elixir paracetamol ini kami menggunakan wadah (botol) 60 ml. Zat aktif yang
digunakan adalah paracetamol dan zat tambahannya yaitu Gliserol sebagain
penambah kelarutan, poliaethylenglikol sebagai pengawet, sorbitol sebagai
pemanis, etanol sebagai pelarut, tartrasin sebagai pewarna, oleum citrus
sebagai pengaroma dan air suling sebagai pelarut. Indikasi sediaan ini adalah
analgetik dan antipiretik yaitu mengatasi rasa nyeri , menurunkan demam dan
juga mengatasi peradangan. Bentuk sediaan yang dihasilkan adalah larutan
berwarna kuning jernih dengan aroma jeruk.
Adapun cara kerja yang
kami lakukan adalah pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan,lalu dikalibrasi botol wadah 60ml. kemudian ditimbang semua bahan
yang diperlukan. Selanjutnya dibuat pengenceran tartrasin dan oleum citrus.
Diambil Paracetamol dan dimasukkan kedalam lumpang, ditambahkan sedikit demi
sedikit gliserol sampai larut. Kemudian dikeluarkan dari lumpang dan
dipindahkan kedalam Erlenmeyer. Lalu ditambahkan PEG dan Sorbitol, diaduk
hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan etanol dan sisa gliserol, diaduk hingga
homogen. Ditambahkan tartrasin dan diteteskan oleum citrus sebanyak 2 tetes.
Lalu dimasukkan kedalam wadah(botol) dan dicukupkan volumenya hingga 60 ml.
Beri etiket.
Adapun masalah yang
dihadapi selama praktikum adalah kurangnya bahan-bahan yang akan digunakan
sehingga jumlah sediaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah
masing-masing tiap kelompok yang ada.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Jumlah larutan elixir
yang berhasil dibuat oleh kelompok VI sebanyak 2 botol.
2. Bentuk
sediaan eliksir yang dibuat adalah berwarna kuning jernih dengan aroma jeruk.
V.2 Saran
Kami menyarankan sebaiknya
bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum disiapkan sebelum praktikum
dilaksanakan agar praktikum dapat berjalan lancar dan jumlah sediaan yang
dibuat dapat sesuai dengan jumlah anggota dalam masing-masing kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Anief.
Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan
Praktik. Gadjah Mada Press.
Yogyakarta
Ansel,
H.C. 1981. Introduction to Pharmaceutical
Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi
ke-3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Lachman.
L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. terjemahan Siti Suyatmi.
UI Press, Jakarta.
Syamsuni.
2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
LABORATORIUM FARMASETIKA
POGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI
”SUSPENSI ASAM
MEFENAMAT”
KELOMPOK
IV
Asisten : Nielma Auliah., S.Si., Apt
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA
REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.2
Latar
Belakang
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi.Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
Salah
satu masalah yang di hadapi dalam peoses pembuatan suspense adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas.
1.3
Maksud
dan Tujuan Percobaan
1.3.1
Maksud percobaan
Agar
mahasiswa mengetahui dan memahami bentuk sediaan suspense.
1.3.2
Tujuan Percobaan
§ Untuk
mengetahui bentuk dari sediaan suspensi.
§ Untuk
mengetahui komposisi suspensi.
§ Untuk
mengetahui cara pembuatan suspense skala laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11.1
Pengertian Suspensi
§ Menurut
Farmakope Indonesia Edisi III halaman 32
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi.Kekentalan suspense tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 353
Suspensi
dapat didefenisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi
secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obatmenunjukan kelarutan yang sangat minimum.
§ Menurut
Ilmu Resep Halaman 135
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang
terdispersi kedalam fase cair.
§ Menurut
Formularium Nasional Halaman 333
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari
obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang
akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama
berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspense yang
harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
§ Menurut
Teori dan Praktek Sediaan Farmasi Halaman 985
Suspensi
merupakan system heterogen yang terdiri dari dua fase, fase kontinu atau fase
luar umunnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispers atau fase dalam
terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi
terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu; zat yang tidak larut bias
dimaksudkan untuk absorbs fisiologis atau untuk fungsi pelapisan dalam dan
luar.
11.3 Keuntungan dan
kerugian suspensi
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 355
Ada
pun keuntungan dan kerugian dari suspense adalah sebagai berikut:
a. Keuntungan
Suspensi
1. Berbentuk
cair sehingga disukai lebih banyak pasien.
2. Mudah
ditelan.
3. Keluwesan
dalam pemberian dosis.
4. Pemberian
lebih mudah.
5. Lebih
mudah untuk memberikan dosis yang relative sangat besar.
6. Aman.
8. Mudah
diatur penyesuaian dosisnya untuk anak.
9. Memiliki
homogenitas tinggi.
10. Dapat
menutupi rasa tidak enak / pahit dari obat.
11. Mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil didalam air.
b. Kerugian
Suspensi
1. Mempuyai
rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan.
2. Tidak
terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspense.
3.
Memiliki
kestabilan yang rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi dll)
4.
Jika
membentuk "cacking" akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya akan turun.
5.
Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan
sukar dituang.
6.
Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk
sediaan larutan.
7.
Pada
saat peyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking,
flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
8. Sediaaan suspensi harus di kocok terlebih dahulu
untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
§ Menurut
Farmasetika Dasar Halaman 93-94
a. Keuntungan
Sediaan bentuk suspensi antara lain:
1. Baik
digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul terutama anak-anak.
2. Memiliki
homogenitas tinggi.
3. Lebih
mudah diabsorbsi daripada tablet/kapsul (karena luas permukaan kontak antara
zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4. Dapat
menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat.
5. Mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
b. Kekurangan
sediaan bentuk suspensi antara lain:
1. Memiliki
kestabilan yang rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), degradasi, dll)
2. Jika
membentuk “caking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya akan
turun.
3. Aliran
yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.
4. Ketetapan
dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
5. Pada
saat penyimpanan, kemungkinan akan terjadi perubahan system disperse (cacking,
flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan temperature.
6. Sediaan
suspense harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
II.3 Kriteria suspensi
ideal
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 356
a. Suatu
suspensi farmasi yang dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi
bila dikocok.
b. Karakteristik
suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid ini
tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
c. Suspensi
harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan
homogen.
§ Menurut
Teori dan Praktek Industri Farmasi halaman 985-1001
Suspensi
yang baik harus tetap homogen secukupnya, paling tidak selama waktu dibutuhkan
untuk penuangan dan pemerian dosis setelah wadahnya dikocok.
Adapun
beberapa mtode pembentukan suspensi yaitu :
1. Metode
pengendapan.
2. Metode
dispersi.
II.4 Aliran dalam suspensi
§ Menurut
Farmasi Fisika halaman 1079-1089
Tipe-tipe
aliran dalam suspensi Tipe aliran suspensi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1.
Aliran newton
Dimana dalam aliran newton ini berbunyi
bahwa “semakin besar viskositas suatu cairan ,maka semakin besar tekanannya.
Contohnya:untuk
sediaan cream,ketika dilakukan pengeluaran sediaan cream dari tubenya,semakin
besar tekanan yang diberikan pada bagian tubenya maka semakin cepat keluarnya
cream dari tube tersebut dan sebaliknya.
2.
Aliran non-newton
Berdasarkan sistem nonnewton,liran
terbagi atas 3 jenis yaitu:
1. Aliran
plastis
kurva
memperlihatkan suatu badan yang membentuk aliran plastis, bahan demikian
dikenal sebagai Bingham bodies. kurva
aliran plastis tidak memiliki titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress.
Aliran plastis berhubungan dengan adanya
partikel-prtikel terflokulasi dalam suspensi pekat.akibatnya terbentuk struktur
kontinu diseluruh sistem, adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak
antara partikel-partikel yang berdekatan yang harus dipecah sebelum aliran
terjadi. Akibatnya yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi,
makin banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield valuenya.
2. Aliran
psudaplastis
kurva
konsistensi untuk bahan pseudoplatis mulai pada titik (0,0) atau paling
tidak mendekatnya pada rate of shear
rendah. Akibatnya berlawanan dengan Bingham bodies, tidak ada yield value tapi
karena tidak ada bagian kurva yang linear. Akan kita tidak dapat menyatakan viskosits dari suatu bahan pseudaplastis
dengan suau harga tunggal sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam.
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom
alam dan sintesis misalnya, dispersi cair dari tragacanth, natri
alginat, metilselulosat, dan natrium karboksimetil selulosa menunjukkan aliran
speudoplastis sebagai aturan umum,aliran spesudoplastis diperliahatkan oleh
primer-primer dalam larutan yang merupakan kebalikan dari sistem plastis.yang
tersusun dari partikel-partikel yng terflokulasi dalam suspensi.
3. Aliran
dilatan
Suspensi-suspensi
tertentu dengan presentase zat pada terdispersi presentase yang tinggi
menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya
rate of shear .pada sistem ini sebenarnya volumenya meningkatt jika terjdi
shear dan ole karenanya diberi istilah dilatan.
Zat-zat
yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan adalah susupensi.suspensi yang
berkonsentrasi tinggi(kira-kira 50)atau lebih dari parikel-partikel kecil yang
mengalami deflokulasi. sistem sistem partikel dari tipe yang diflokulasikan
diharapkan mempunyai karakteristik aliran plastis,bukan dilatan.
II.5 perbedaan
Deflokulasi dan Flokulasi
§ Menurut
Ilmu Resep Halaman 142-143
a.
Flokulasi
Flokulasi
adalah suatu partikel flokulasi terikat lemah yang cepat mengendap dan disimpan
pada tempat penyimpanan yang tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Adapun sifat partikel
Flokulasi yaitu :
a. Partikel
merupakan agregat yang bebas.
b. Sedimentasi
terjadi cepat.
c. Sedimen
terbentuk cepat.
d. Sedimen
tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula.
e. Wujud
suspense kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi
daerah cairan yang jernih dan nyata.
b. Deflokulasi
Partikel
deflokulasi adalah partikel yang mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen, dan akan terjadi agregasi, yang akhirnya terbentuk cake yang keras dan
sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat partikel deflokulasi
yaitu :
a. Partikel
suspense dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya.
b. Sedimentasi
yang terjadi lambat, masing – masing partikel mengendap terpisah dan partikel
berada dalam ukuran paling keci.
c. Sedimen
terbentuk lambat.
d. Wujud
suspense bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama. Dan terlihat
bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
II.6
Komposisi suspensi
§ Menurut Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi halaman 1016-1021
Banyak
faktor harus dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu bentuk sediaan suspensi.
Pemikiran dasar meliputi kenyataan bahwa suspensi mengendap, dan perlu untuk
mendistribusikannya kembali sebelum menggunakan atau memberikannya sebagai
produk. Dalam fase permulaan formulasi, harus dibuat keputusan mengenai tipe
umum sistem suspensi yang diinginkan. Adapun formula umum dari suspensi yaitu :
a.Suspensi
dengan zat pemasah dan zat pengagregat
Bahan-bahan
|
Presentase
dalam formula
|
Karhison
asetat,usp (microfine)
|
2,5
|
Polisorbat
80,usp(zat pembasah)
|
0,4
|
Natrium
karoksimetil selulosa,usp(zat pensuspensi)
|
0,5
|
benzil
alkohol,Nf(pengawet)
|
0,9
|
Natriu
klorida,usp(u/isotonisitas)
|
0,9
|
Air
u/injeksi usp,samapi menjadi
|
100,0
|
b.Suspensi-suspensi
yang berisi zat padat dalam jumlah sedikit
Rute
pemerian ini dibatasi pembuatan formula,kekisaran aditif yang agak sempit.
Sampel yang yang paling aik disapkan dengan membuat suatu dispersi pekat dalam
volume yang sama dengan 10% volme akhir.
Zat
pengawet contohnya,enzil zat pengawe contohnya, benzil alkohol, kloritanol, metil
paraben dan propilparaben zat untuk isotonisitas contohnya natrium klorida dan
zat untuk pendapar contohnya natrium sitrat.
Penting
untuk dicatat bahwa koloid pelindung seperti, PEG,4000, natium
karboksimetilselulosa ,dan metilselulosa semua memodifikasi karakteristik
ini.sorbitol dan dekstrosa dapat dimasukkan untuk menyesuaikan kerapatan.
d.Suspensi
dengan banyak isi zat padat. Terdiri dari:
·
Zat pengawet: benzil
alkohol,uil paaben,metil paraben/propilparaben
·
Zat pendapar: natrium
sitrat
·
Zat koloid pelindung:
lesitin
·
Zat antioksida: natrium
formal dehid sulfoksilat
e.Suspensi
antasida
Bahan-bahan
|
Presentase
dalam formula
|
Gel
alminium hidroksida
|
36,000
|
Sorbitol,Nf,atau
mannitol
|
7,000
|
Metil
paraen
|
8,200
|
Propil
paraben
|
8,020
|
Sakarin
|
0,050
|
minyak
pepermin
|
0,005
|
Alkohol
|
1,000
|
Air
murni
|
100,000
|
BAB III
METEDEOLOGI PERCOBAAN
III.1
FORMULA YANG DISETUJUI
|
MASTER FORMULA
Nama
Produk : Suspensi Asam
Mefenamat
Tanggal
Produksi : 22-05-2014
No.Reg : DKL 1401010033 A1
PRODUKSI
MKS
– INA
|
SUSPENSI
ASAM MAFENAMAT
|
|||
Tgl
formula
22- 05-2014
|
Tgl
produksi
22-05-2014
|
Formulator
Kelompok 4
|
Di
setujui oleh
|
|
Kode
bahan
|
Nama
bahan
|
Kegunaan
|
Jml
perdosis
|
Jml
per batch
|
ACM - 01
|
Asam mafenamat
|
Zat aktif
|
4400 mg
|
44000 mg
|
PGA - 02
|
Pulvis gummi aeciae
(PGA)
|
pensuspensi
|
2750 mg
|
27500 mg
|
GLS - 03
|
Gliserol
|
Pembasah
|
3,3 ml
|
33 ml
|
SS - 04
|
Sirupus simplex
|
Pemanis
|
44 ml
|
440 ml
|
MP - 05
|
Metil paraben
|
Pengawet
|
110 ml
|
1100 ml
|
TR - 06
|
Tartrasin
|
Pewarna
|
1,1 mg
|
11 mg
|
OL - 07
|
Oleum citrus
|
Pengaroma
|
2 tetes
|
20 tetes
|
AQ - 08
|
Aquadestilata
|
Pelarut
|
Ad 110 ml
|
Ad 1100 ml
|
Farmakologi :
Indikasi : Menghilangkan rasa sakit/nyeri,ringan sampai
sedang pada sakit gigi, sakit telinga,
nyeri otot, dan setelah cabut gigi.
Kontra indikasi : Hati – hati pada pasien tukak
lambung , inflamasi saluran
cerna, gangguan ginjal, asma, hamil, dan menyusui
Farmakokinetik : Asam mafenamat di gunakan sebaagai
analgesic ; sebagai anti– inflamasi ,
asam mafenamat kurang efektif
bandingkan aspirin.Asam mafenamat
terikat kuat pada protein plasma. Dengan demikian interaksi terhadap
obat antikoagulan harus di perhatikan
efek
samping : Diare, tukak
lambung, pendarahan, dan mual
Deskripsi indikasi
Menurut
ISO halaman 1
Obat kelas terapi ini
dapat di bedakan menjadi berbagai sub
kelas terapi seperti analgesic, analgetic – antipiretik, antiinflamasi nonstreorit
dan antipirai. Analgetic narkotik , juga di sebut analgetic apoid ( serupa
opium ) adalah analgetic yang berasal
dari opium yang menunjukkanefek analgetic serupa morfin ; dengan dosis terapi,
analgetic narkotik dapat mengatasi rasa sakit yang parah , tanpa depresi
menyeluruh seperti pada anestesi umum, tetapi dosisnya yang tinggi, morfin
bersifat depresan umum ; hamper semua sakit dan nyeri dapat di hilangkan,
kecuali sensasi kulit.
Di antara analgetic narkotik, morfin
merupakan analgetic yang paling di gunakan terutama untuk terapi nyeri yang tak
tertahankan, walaupunn sering menimbulkan mual dan muntah; selain itu,
menghilangkan rasa nyeri , morfin juga dapat menimbulkan kondisi eruforia dan
gangguan mental, asam mafenamat di jadikan obat pilihan untuk terapi oral nyeri
berat pada perawatan terminal.
Analgetic non-narkotik meliputi sub
kelas analgetic – antipiretik, anti-inflamasi nonsteroit, dan sub kelas terapi
antipirait.
Analgetic- antipiretik merupakan
satu golongan obat yang obat yang di gunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa
nyeri ringan hingga sedang, demam, dan di antaranya juga untuk mengatasi
peradangan. Efek analgesic nya terhadap rasa nyeri di duga bersifat efek
perifer , begitu pula dalam hal peradangan , juga bersifat efek perifer;
sedangkan efeknya terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus , yaitu pusat
pengatur suhu tubuh . efeknya terhadap peradangan di duga terjadi penghabatan
terhadap sintesis prostaglandin, selain itu, progstatlandin juga dapat
menurunkan suhu tubuh , dan pengaruh suhu demam di perkirakan adanya
penghambatan sintesis progstaglandin pada hipotalamus . valsodilasi valkulus
parifer meningkatkan peredaran darah dan keringat sehingga panas pun hilang.
III. I. 2 Alasan
penambahan
a. PGA
Bahan
dalam dari jenis gom, sering di sebut gom atau hidrokolit gom dapat larut atau
mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilage atau
lender. Dengan terbentuknya mucilage.viskositas cairan tersebut bertambah dan
akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan musilago sangat dipengaruhi oleh
panas, pH, dan proses fermentasi bakteri.Viskositas optimun musilagonya adalah
antara pH 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar
pH 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Musilago Gom Arab
dengan kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini
mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambah zat
pengawet. Pada sediaan ini PGA berfungsi
sebagai pensuspensi.
b. Gliserol
Gliserin
adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis dapat bercampur dengan air
dan alcohol. Sehingga sebagai suatu pelarut dapat di samakan dengan
alcohol,tapi karena kekentalannya,zat terlarut dapat larut perlahan-lahan
didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan.Gliserin bersifat
sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai suatu pelarut pembantu
dalam hubungannya bersama dengan air atau alcohol.Digunakan dalam banyak
preparat untuk obat dalam.Dalam sediaan ini gliserol berfungsi sebagai pembasah
yaitu untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air memperkecil sudut
kontak, dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Konsentrasinya
c. Metil
paraben
Suatu
pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu yang
memenuhi ketiga criteria barikut :
1. Pengawet
harus stabil secara fisik,kimia,dan mikrobiologi selama masa berlaku produk tersebut.
2. Pengawet
harus efetik terhadap mikroorganisme spectrum luas.
3. Pengawet
harus tidak toksil,tidak mensensitisasi,larut dengan memadai, dapat bercampur dengan
komponen-komponen lain,dan dapat diterima dilihat dari rasa dan bau pada
konsentrasi-konsentrasi yang digunakan.
Konsentrasi yang digunakan adalah 0,1% sampai
0,3%.
d. Tartrazin
Penggunaan
zat pemberi warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika sebagai pembantu
sensori untuk pemberi rasa yang digunakan dan tujuan khasan produk. Zat-zat
obat tertentu surfur (kuning) cuprisurfat (biru), ferrosurfat ( hijau kebiruan
) dan merah mecuryiyodida ( merah menials ) digunakan dalam obat dan tidak terpikir
sebagai pemberi warna dalam sediaan farmasi dalam arti istilah yang lazim.
Untuk jumlah pewarna yang umum ditambahkan kepreparat cairan yang berkisar
antara 0,0005 % dan 0,001 %, tergantung pada pemberi warna dan intensitas warna
yang diberikan.
e. Oleum
citrus
Sensasi
rasa dasar adalah asin, pahit, manis ,dan asam, suatu kombinasi zat pemberi
rasa bisanya diperlukan untuk menutupi sensasi rasa secara efektif. Mentol.
Kloroform dan berbagai garam sering kali digunakan sebagai zat pembantu pemberi
rasa. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5% - 0,2%.
f. Air
suling ( aquadaest ).
Air
suling digunakan sebagai pembawah dan pelarut untuk masuk ditambahkan bahan
obat , tidak berasa , bebas dari iritasi dan kerusakkan aktifitas farmakologi
membuatnya ideal untuk digunakan.
III. 1. 3 PERHITUNGAN
BAHAN
a.
Perdosis
Perhitungan kelebihan :
10% X 100 ml = 110 ml
Jadi, 100 ml + 10 ml =
110 ml
Asam
mafenamat : 200 mg x 110 /5 = 4400 mg
PGA : 2,5%
x 110 = 2,75 g = 2750 mg
Gliserin
: 3 % x 110 = 3,3 ml
Sirupus
simplexs : 40 % x 110
= 44 ml
Metil
paraben : 0,1% x 110 = 0,11 g = 110 mg
Tartrasin
: 0,001 % x 110 = 0,011 g = 1,1 mg
Oleum
citrus : 0,2 % x 110 = 0,22 ml = 2 tetes
Aquadest
: ad 110 ml
Pengenceran tartrasin
Ambil tartrasin 110 mg → 10 ml aquadest
↓
( 11 mg ) 1 ml ad 10 ml aquadest
↓
(
1,1 mg ) 1 ml
b.
Perbatch
Asam
mafenamat : 4400 mg x 10 = 44000 mg
PGA : 2750
mg x 10 = 27500 mg
Gliserin
: 3,3 ml x 10 = 33 ml
Sirupus
simplex : 44 ml x 10 = 440 mg
Metal
paraben : 110 mg x 10 = 1100 mg
Tartrasin
: 1,1 mg x 10 = 11 mg
Oleum
citrus : 2 tetes x 10 = 20 tetes
Aquadest
: ad 110 x 10 = 1100 ml
III.
2 Cara kerja
1. Di
siapkan alat dan bahan
2. Di
kalibrasi botol sampai 100 ml
3. Di
timbang semua bahan yang di gunakan
4. Di
buat pengenceran tartrasin
·
Di timbang tartrasin 110 mg di masukkan ke
dalam tabung reasksi di tambahkan aquadest ad 10 ml
·
Di ambil 1 ml lalu di
tambahkan aquadest ad 10 ml . di ambil 1 ml
5. Pembuatan
sirupus simplex
·
Di timbang sukrosa 65 g
di tambahkan aquadest hingga 100 ml di panaskan hingga larut.
6. Pembuatan
PGA
·
Di ambil air panas ±
5-10 ml, dimasukkan kedalam lumpang di tambahkan sedikit demi sedikit PGA
hingga membentuk musilago ( massa kental ) camp I.
7. Di
masukkan asam mafenamat ke dalam lumpang, gerus kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit gliserin hingga homogen.
8. Kemudian
di keluarkan dari lumpang dan di masukkan ke dalam campuran 1 . di homogenkan
dan di tambahkan metil paraben yang sudah dilarutkan didalam air panas,
homogenkan.
9. Di
tambahkan sirupus simplex aduk hingga
homogeny dan di tambahkan tartrasin dan di teteskan oleum citrus
10. Di
massukkan ke dalam wadah ( botol ) di cukupkan volumenya hingga 100 ml. diberi
etiket.
BAB IV
PEMBAHASAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,
tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau , sedian
padat terdiri dari obat dalam bentuk sediaan padat terdiri dari obat dalam
bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama
berupa suspense jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspense, yang
harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
Tipe aliran suspensi dibedakan menjadi 2,yaitu aliran
newton dan non newton. Aliran newton ini berbunyi “semakin besar viskositas
suatu cairan maka semakin besat tekanannya”. Contohnya untuk sediaan cream,
ketika dilakukan pengeluaran sediaan cream dari tubenya, semakin besar tekanan
yang diberikan pada bagian tubenya maka semakin cepat keluarnya cream dari tube
tersebut dan sebaliknya. Sedangkan aliran non newton (aliran plastis) maksudnya
“semakin cepat dilakukan pengocokan semakin cepat larutan tersebut terdispersi
kembali”. Contohnya untuk sediaan lutio dan suspense. Aliran speudoplastis
maksudnya “semakin ditambahkan air kedalam campuran bahan tersebut, maka
semakin mengental”. Contohnya pembuatan mucilago CMC pada pembuatan gel. Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat dilatan
adalah suspensi-suspensi yang konsentrasi tinggi dari partikel-partikel kecil
yang mengalami deflokulasi. Contohnya sediaan pasta. Jadi dapat disimpulkan
bahwa yang membedakan dalam aliran suspensi adalah kandungan air yang terdapat
dalam sediaan tersebut.
Sistem pembentukan suspensi dibedakan menjadi 2, yaitu
sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Dalam sistem flokulasi, partikel
flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi
cake dan mudah tersuspensi kembali. Sedangkan partikel deflokulasi mengendap
perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya
membentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Tujuan dari
pembuatan asam mefenamat ini adalah meringankan rasa nyeri ringan sampai sedang
sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi. Selain itu suspensi asma mefenamat
juga mempunyai beberapa keuntungan yang bentuknya cair sehingga disukai lebih
banyak pasien.
Asam mefenamat dibuat dalam suspensi karena bila dalam
bentuk tablet asam mefenamat dapat mengiritasi lambung. Asam mefenamat kurang
stabil bila dibuat dalam bentuk larutan maka dibuat dalam bentuk suspensi.
Dalam
pembuatan sediaan ini wadah (botol) yang digunakan adalah 100 ml. Suspensi yang
dibuat mempunyai kandungan bahan obat antara lain : Asam mefenamat sebagai zat aktif, pulvis
gummi Arabic sebagai persuspensi, sirup simplex sebagai pemanis, gliserin
sebagai pembasa, metal paraben sebagai pengawet, olium citrus sebagai
pengaroma, tartrazin sebagai pewarna, dan aquadest sebagai pelarut. Bentuk
sediaan yang dihasilkan adalah berwarna kuning pucat dengan aroma jeruk.
Untuk cara kerjanya adalah sebagai berikut. Pertama –
tama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan,kemudian kalibrasi botol ad 100
ml dan erlemeyar ad 110 ml. lalu timbang semua bahan yang dibutuhkan. Kemudian
pembuatan sirup simplex yaitu pertama timbang gula sebanyak 65 gr lalu masukkan
kedalam erlemeyar dan tambahkan dengan aquades ad 100 ml, lalu panaskan hingga
larut kemudian ambil sebanyak 33 ml. Lakukan pengenceran tartrazin : Sebanyak
55 mg kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer lalu larutkan dengan aquades ad 10
ml, kemudian ambil 1 ml dari larutan. Kemudian dibuat disperse PGA dimasukkan
air panas kedalam erlemeyar sebanyak 30 ml lalu ditambahkan metal paraben aduk ad
homogeny, kemudian tambahkan sedikit demi sedikit PGA sambil diaduk mengental.
( campuran 1 ). Kemudian masukkan asam mafenamat kedalam lumpang, gerus lalu
tambahkan sedikit demi gliserin sambil digerus ad homogen. Lalu dikeluarkan
dari lumpang dan dimasukkan kedalam campuran 1 sambil diaduk tambahkan larutan
sirup simplex. Kemudian tambahkan tartrazin sebanyak 1 ml dan oleum citrus
sebanyak 2 tetes aduk ad homogen.Terakhir dimasukkan kedalam wadah dan
dicukupkan volumenya ad 100 ml dan beri etiket.
Adapun masalah yang dihadapi selama praktikum adalah
bahan yang tidak cukup sehingga jumlah sediaan yang dihasilkan tidak sesuai
dengan jumlah anggota masing-masing kelompok.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah
suspense asama mefenamat yang berhasil dibuat oleh kelompok 4 adalah sebanyak 6
botol yang masing-masing berisi 100 ml.
2. Bentuk
sediaan suspensi yang dibuat adalah berwarna kuning pucat dengan aroma jeruk.
V.2
Saran
Saran untuk laboratorium, agar alat-alat dan bahan-bahan
praktikum yang akan digunakan dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anief.
Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan
Praktik. Gadjah Mada Press.
Yogyakarta
Ansel,
H.C. 1981. Introduction to Pharmaceutical
Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi
ke-3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Lachman.
L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. terjemahan Siti Suyatmi.
UI Press, Jakarta.
Syamsuni.
2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
LABORATORIUM FARMASETIKA
POGRAM STUDY DIII FARMASI
STIKes MEGA REZKY MAKASSAR
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI
”EMULSI
PARAFIN LIQUIDUM”
KELOMPOK
IV
Asisten : Nielma Auliah., S.Si., Apt
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA
REZKY MAKASSAR PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Emulsi adalah suatu dispersi di mana
fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi
ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Dalam
sebuah emulsi terdapat dua fase yaitu fase
dalam dan fase luar. Fase dalam / fase
terdispresi / fase distkontinue
adalah fase dalam bentuk tetesan untuk suatu periode waktu yang
lama sedangkan fase luar / fase kontinue
yaitu fase yang mengelilingi fase dalam / fase terdispresi.
Parafin liquid adalah obat yang digunakan dalam terapi
untuk mengatasi kondisi patologi yang terjadi dan terdapat pada sistem saluran
cerna, apakah oleh tukak lambung, mulas, sebah, kembung, sakit uluati, kolik,
hemeroid, ataukah oleh karena diare. Paraffin liquid dibuat dalam sediaan
emulsi karena menghindari iritasi pada lambung. Emulsi adalah sistem 2 fase
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan
kecil. Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi.
1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara-cara pembuatan emulsi
paraffin liquid.
1.2.2
Tujuan Percobaan
§ Mengetahui
bentuk dari sediaan emulsi parafin liquid.
§ Mengetahui
komposisi emulsi parafin liquid.
§ Mengetahui
cara pembuatan emulsi parafin liquid
skala laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11. 1. Pengertian Emulsi
§ Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
halaman 9
Emulsi adalah sediaan
yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
§ Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Edisi IV halaman 376
Emulsi adalah suatu
dispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke
seluruh pembawa yang tidak bercampur.
§ Menurut
Ilmu Resep halaman 118
Emulsi adalah sistem
dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk
tetesan kecil.
§ Menurut
Teori dan Praktek Farmasi Indonesia halaman 1029
Emulsi tergantung pada
sudut pandang peneliti, ahli kimia fisik menentukan emulsi sebagai suatu
campuran yang tidak stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada
dasarnya tidak saling bercampur. Bagi ahli teknologi pengembangan produk,
adalah lebih bermanfaat untuk menganggap emulsi sebagai campuran dua cairan
yang tidak saling bercampur.
11.2 Komponen Emulsi
§ Menurut
Ilmu Resep halaman 119
Kompoenen emulsi dapat digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu :
1. Komponen dasar, yaitu
bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri dari :
a. fase dispers / fase
internal / fase diskontinu / fase terdispersi / fase dalam, yaitu
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal / fase
kontinue / fase pendispersi / fase luar,
yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan
pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah
bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen
tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen
saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan.
Pengawet yang sering digunakan dalam
sediaan emulsi adalah metil-metil, dan
butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium kuarterner.
Antioksidan yang sering digunakan antara
lain asam askorbat (vitamin c), α-tokoferol, asam sistrat, propil galat, dan
asam galat.
11.3 Tipe Emulsi
§ Menurut
Ilmu Resep Halaman 120
` Berdasarkan
macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun fase eksternal,
emulsi digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
1.
Emulsi tipe O/W
(oil in water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang terdiri atas
butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air minyak sebagai fase
internal dan air sebagai fase eksternal.
2.
Emulsi tipe W/O
(water in oil) atau M/A (air dalam minyak), adalah emulsi yang terdiri atas
butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase eksternal.
§ Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Halaman 376
Dalam batasan emulsi, fase
terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium disperse sebagai fase luar
atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air
disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”.
Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dalam fase luar minyak disebut
emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi “a/m”.
11.4 Penerapan Dan Pemakaian Emulsi
§ Menurut
Teori dan Praktek Farmasi industri halaman 1031
1. Untuk
emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air (m/a)
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang
lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya,
dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa lairnya sehingga mudah
dimakan dan ditelan sampai ke lambung.
2. Emulsi
yang dipakai pada kulit sebagai obat luar (topikal) bisa dibuat sebagai emulsi
minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak (a/m), tergantung pada berbagai
faktor seperti sifat zat traupatik yang akan dimasukkan kedalam emulsi,
keinginan untuk mendapatkan efek amolien atau pelembut jaringan dari preparat
tersebut dan keadaan permukaan kulit.
3. Emulsi-emulsi
radiopaque telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam pengujian sinar x.
Emulsi air dalam minyak telah digunakan untuk mendispersi bahan-bahan antigenik
yang larut dalam air, dalam minyak mineral untuk injeksi depointramaskuler.
11.5 Teori Terbentuk
§ Menurut
Teori dan Bentuk Sediaan Farmasi halaman 1033
Banyak
teori yang telah di kembangkan dalam upaya untuk menjelaskan bagaimana zat
pengemulsi bekerja dalam meningkatkan emulsifikasi dan dalam menjaga stabilitas
dari emulsi yang di hasilkan.
Semua
cairan mempunyai kecenderungan menerima suatu bentuk yang mempunyai luas
permukaan terbuka dalam jumlah yang paling kecil. Untuk suatu tetesan cairan,
bentuk itu bulat. Dalam tetesan cairan yang bulat ada tenaga (kekuatan) dalam
yang cenderung menuingkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk menahahn
distorsi dari tetesan menjadi suatu bentuk yang kurang bulat. Jika dua atau
lebih dari tetesan cairan yang sama saling bertemu kecenderungan untuk
bergabung atau bersatu, membuat satu tetesan yang lebih besar dan mempunyai
luas permukaan yang lebih kecil di bandingkan dengan luas permukan total dari
tetesan-tetesan itu sendiri sebelum bergabung. Kecenderungan dari cairan ini
bisa di umur secara kuantitatif dan jika lingkungan dari cairan tersebut adalah
udara, ia dikenal sebagai tegangan permukaan caiaran. Bila cairan kontak dena
cairan kedua yang tidak larut dan tidak saling bercampur, kekuatan (tenaga)
yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partike-partikel
yang lebih kecil disebut tegagan antar muka. Zat-zat yang dapat meningakatkan
penurunan tahanan untuk pecah dapat merangsang suatu cairan unutk menjadi
tetesan atau partikel-partikel yang lebih kecil.
Menurut
teori tegangan permukaan dari
emulsifikasi penggunaan zat-zat ini sebagai zat pengemulsi dan zat
penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari kedua cairan yang
tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan
mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan.
Oriented-wedgw theory, Teori
ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan
selektif ada bagian yang suka minyak
atau mudah larut dalam minyak.
Jadi, setiap molekul emulgator
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kelompok
hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b. Kelompok
lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Masing-masing
kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil ke
dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator
seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak. Antara kedua kelompok
tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap
jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbangan ini dikenal dengan istilah “HLB” (Hydrophyl Lipophyl Balance),
yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok hidrofil dengan
kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti semakin banyak kelompok yang
suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat kegunaan suatu emulgator
ditinjau dari harga HLB-nya.
Di
bawah ini adalah tabel, HLB dan beberapa contohnya :
Aktivitas
dan harga HLB surfaktan
Aktivitas
|
HLB
|
Antibusa
|
1 sampai 3
|
Pengemulsi (a/m)
|
3 sampai 6
|
Zat pembasah
|
7 sampai 9
|
Pengemulsi (a/m)
|
8 sampai 18
|
Pelarut
|
15 samapi 20
|
Detergen
|
13 sampai 15
|
Contoh Harga HLB untuk pengemulsi yang
terpilih
Zat
|
HLB
|
Etilen glikol distearat
|
1.5
|
Sorbitan tri
stearatm(span 65*)
|
2,1
|
Propilen glikol
monostearat
|
3,4
|
Sorbitan monooleat (span
80*)
|
4,3
|
Sorbitan monostearat
(span 60*)
|
4,7
|
Dietilen glikol monolaurat
|
6,1
|
Sorbitan monopalmitat
(span 40*)
|
6,7
|
Sukrosa dioleat
|
7,1
|
Gom
|
8,0
|
Polioksietilen laurel
eter (brij 30*)
|
9,7
|
Gelatin
|
9,8
|
Polioksietilen
monostearat (myrj 45*)
|
11,1
|
Trietanolamin oleat
|
12,0
|
Tragakan
|
13,2
|
Polioksietilen Sorbitan monostearat
(Tween 60*)
|
14,9
|
Polioksietilen Sorbitan
monooleat (Tween 80*)
|
15,0
|
Polioksietilen Sorbitan
monolaurat (Tween 20*)
|
16,7
|
Natrium oleat
|
18,0
|
Kalium oleat
|
20,0
|
Natrium lauril sulfat
|
40,0
|
Keterangan
:
*ICI Americas, Inc., Wilmington, Delaware
:
Adapun Rumusnya, Yaitu :
a. Rumus
1:
A%
b = x 100%
B%
a = (100%-A%)
Keterangan
:
x:
harga HLB yang diminta (HLB butuh)
A:
harga HLB yang tinggi
B:
harga HLB yang rendah
b. Rumus
2:
(B1
x HLB1) + (B2 x HLB2) = (Bcampuran
x HLBcampuran)
Ketrangan
: B = Bobot emulgator
Teori
plastik
atau teori lapisan antarmuka menempatkan zat pengemulsi pada
antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu
lapisan tipis atau film yang diadsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut.
Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase terdispersi ; makin
kuatb dan makin lunak lapisan tersebut,
akan makin besar dan makin stabilemulsinya.
11.6 Zat
Pengemulsi Dan Zat Penstabil
§ Menurut
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi halaman 379
Zat pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem
farmasi adalah sebagai berikut:
1. Bahan-bahan
karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami: akasia (gom), tragakan,
agar, kondrus, dan pektin. Bahan-bahan ini membentuk koloida hidrofilik bila
ditambahkan ke dalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a. Gom mungkin merupakan zat pengemulsi yang
paling sering digunakan dalam preparat emulsi yang dibuat baru (r.p) oleh ahli
farmasi di apotek. Tragakan dan agar umumnya digunakan sebagai zat pengental
dalam produk-produk yang diemulsikan dengan gom.
2. Zat-zat
protein seperti: gelatin, kuning telur, dan kasein. Zat-zat ini menghasilkan
emulsi m/a. Kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah bahwa emulsi
yang disiapkan dari gelatin seringkali
terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3. Alkohol
dengan bobot molekul tinggi seperti: stearil alkohol, setil alkohol, dan
gliseril monostearat. Bahan-bahan ini digunakan terutama sebagai zat pengental
dan penstabil untuk emulsi m/a dari lotio dan salep tertentu yang digunakan
sebagai obat luar . kolesterol dan turunan kolesterol bisa juga digunakan
sebagai emulsi untuk obat luar dan menghasilakn emulsi a/m.
4. Zat-zat
pembasah, yang bisa bersifat kationik, anionik dan nonionik. Zat-zat ini
mengandung gugus-gugus hidrofilik dan lipofilik, dengan bagian lipofilik dari
molekul menyebabkan aktivitas permukaan dari molekul tersebut. Dalam zat
anionik, bagian lipofilik ini bermuatan negatif, tapi dalam zat kationik bagian
lipofilik ini bermuatan positif. Lantaran muatan ionnya yang berlawanan; zat
anionik dan zat kationik cenderung untuk saling menetralkan jika ada dalam
sistem yang sama, jadi kedua bahan ini tidak tercampurkan satu dengan lainnya.
Zat pengemulsi nonionik menunjukkan tidak adanya kecenderungan untuk mengion.
Tergantung pada sifatnya masing-masing, beberapa dari grup ini membentuk emulsi
m/a dan lainnya membentuk emulsi a/m. Zat pengemulsi anionik termasuk berbagai
jenis sabun bervalensi satu, bervalensi banyak, dan sabunorganik seperti
trietanolamin oleat dan sulfonat seperti natrium laurilsulfat. Benzalkonium
klorida terkenal terutama karena sifat bakterisidanya, bisa digunakan sebagai
suatu zat pengemulsi kationik. Zat-zat tipe nonionik termasuk ester-ester
sorbitan dan turunan polietilen.
5. Zat
padat yang terbagi halus , seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit,
magnesium hidroksida, dan aluminium hidroksida. Ini umumnya membentuk emulsi
m/a bila bahan yang tidak larut ditambahkan ke fase air jika ada sejumlah
volume fase air lebih besar daripada fase minyaknya. Tetapi, jika serbuk padat
yang halus ini ditambahkan ke dalam minyak dan volume fase minyak lebih besar, suatu zat seperti bentonit
sanggup membentuk suatu emulsi a/m.
11.7 Cara Membedakan Tipe
Emulsi
§ Menurut
Ilmu Resep halaman 133
Dikenal beberapa cara membedakan tipe
emulsi, yaitu:
1. Dengan
pengenceran fase
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan
fase eksternalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe O/W dapat diencerkan
dengan air dan tipe W/O dapat diencerkan dengan minyak.
2. Dengan
pengecetan atau pewarnaan
Zat warna akan tersebar merata dalam
emulsi jika zat tersebut larut dalam fase eksternal emulsi tersebut. Misalnya
(dilihat di bawah mikroskop):
a. Emulsi
+ larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe W/O, karena
Sudan III larut dalam minyak.
b. Emulsi
+ larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe O/W, karena
metilen biru larut dalam air. Selain metilen biru, metilen merah dan amaranth
juga dapat dugunakan untuk emulsi O/W karena memberikan warna merah.
3. Dengan
kertas saring atau kertas tisu
Jika emulsi diteteskan pada kertas
saring tersebut terjadi noda minyak, berari emulsi tersebut tipe W/O, tetapi
jika terjadi basah merata berarti emulsi tersebut tipe O/W.
4. Dengan
konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop
kontak, kawat dengan K ½ watt dan neon ¼ watt, semua dihubungkan secara seri.
Lampu neon akan menyala jika elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe O/W,
dana akan mati jika dicelupkan pada emulsi W/O.
11.8 Kestabilan Emulsi
§ Menurut
Ilmu Resep Halaman 133
Emulsi
dikatakan tidak stabil jika mengalami hal-hal seperti di bawah ini :
1) Creaming
yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase
disper lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel ,
artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. Tetapi jika
agrerat tersebut sukar untuk dipecahkan atau pengocokan tidak mencukupi sebelum
digunakan, maka akan diperoleh pemberian dosis dari zat sebagai fase terdispers
yang tidak tepat.
2) Koalesensi
dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fasetunggal
yang memisah. Emulsi ini bersifat ireversibel (tidak dapat diperbaiki kembali).
Hal ini terjadi karena:
·
Peristiwa kimia :
seperti penambahan alkohol, perubahan Ph, penambahan elektrolit CaO/CaCl2
eksikastus.
·
Peristiwa fisika :
seperti pemanasan, penyarungan, pendinginan, pengadukan.Peristiwa biologis :
seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi.
3) Inversi
fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba-tiba
atau sebaliknya. Sifatnya irevresibel.
11.9
Cara
membuat Emulsi
§ Menurut
Ilmu Resep halaman 131
Emulsi
dapat dibuat dengan tiga metode yang umum digunakan oleh ahli farmasi di
apotek. Ketiga metode tersebut adalah :
a. Metode
Gom Kering Atau Metode Kontinental.
Metode
ini juga dikenal sebagai metode “4:2:1” karena untuk tiap 4 bagian (volume)
minyak, 2 bagian air, dan 1 bagian gom ditambahkan untuk membuat emulsi utama
atau emulsi awal. Dalam metode ini gom atau zat pengemulsi m/a lainnya
dihaluskan dengan minyak dalam wedgewood
kering atau mortir porselen dengan sempurna sampai seluruhnya bercampur.
Harus digunakan mortir dengan permukaan dalam yang kasar. Sesudah minyak dan
gom dicampur, dua bagian air kemudian ditambahkan sekaligus, dan campuran
tersebut digerus dengan segera dan dengan cepat serta terus menerus sampai
emulsi utama terbentuk berwarna putih krim dan menghasilkan suara “krek” pada pergerakan
alu umumnya dibutuhkan waktu 3 menit.Bahan formulatif cair lainnya yang larut
dalam fase luar atau bercampur
dengan fase luar kemudian bisa ditambahkan
ke emulsi utama tersebut dengan pengadukan. Zat padat seperti pengawet,
zat penstabil, zat warna, dan bahan
pemberi rasa biasanya dilarutkan dengan air dalam volume yang sesuai dan
ditambahkan sebagai larutan ke emulsi utama tersebut. Bila semua zat yang
diperlukan sudah ditambahkan, emulsi dipindahkan ke suatu gelas ukur dan
volumenya dicukupkan dengan air yang terlebih dahulu telah digunakan untuk
membilas mortar.
b. Metode
Gom Basah Atau Metode Inggris.
Dalam
metode ini digunakan proporsi minyak, air dan gom yang sama seperti pada metode
gom kering atau metode kontinental, tapi urutan pencampurannya berbeda dan
perbandingan bahan-bahannya bisa divariasi selama pembuatan emulsi primer jika
diinginkan oleh pembuatnya. Umumnya mucilago gom dibuat dengan menghaluskan gom
arab granular dengan air dua kali beratnya dalam suatu mortir. Minyaknya kemudian
ditambahkan sebagian-sebagian dengan perlahan-lahan dan campuran tersebut
diaduk sampai minyaknyaa teremulsi.
Campuran tersebut haruslah kental selama proses itu, penambahan air bisa
ditambahkan dan diaduk ke dalam campuran
tersebut sebelum bagian minyak berikutnya ditambahkan. Kemudian, bahan
formulatif lainnya ditambahkan dan emulsi tersebut dipindahkan ke gelas ukur
untuk mencukupkan volumenya dengan air.
Umumnya metode gom kering ini lebih cocok untuk pembuatan emulsi
minyak-minyak yang sangat kental.
c. Metode
Botol Atau Metode Botol Forbes.
Untuk
pembuatan emulsi yang dibuat baru dari minyak-minyak menguap atau zat-zat yang
bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah digunakan metode botol. Dalam
metode ini serbuk gom arab ditaruh dalam suatu botol kering, kemudian
ditambahkan dua bagian, air dan campuran tersebut di kocok dengan kuat dalam
wadah yang tertutup.Suatu volume air yang sama dengan minyak kemudian
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus mengocok campuran tersebut setiap
kali ditambahkan air. Jika semua air sudah ditambahkan, emulsi utama yang terbentuk bisa diencerkan sampai
mencapai volume yang tepat dengan air atau larutan zat formulatif lain dalam
air.
11.10
Keuntungan
Dan Kerugian Emulsi
§ Menurut Farmasetika Dasar halaman 97-98
Berikut
ini keutungan dan kerugian dari Emulsi, yaitu sebagai berikut :
1.
Keuntungan
Emulsi :
a. Dapat
membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi bersatu membentuk sediaan
yang homogen dan stabil.
b. Bagi
orang susah menelan tablet dapat menggunakan sedian emulsi sebagai alternatif
c. Dapat
menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair.
d. Meningkatkan
penerimaan oleh pasien
2.
Kerugian
Emulsi :
a. Sediaan
emulsi kurang praktis dari pada sediaan tablet
b. Sediaan
emulsi mempunyai stabilitas yang rendah daripada sediaan tablet, karena cairan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhkan bakteri;
c. Takaran
dosis sediaan emulsi kurang teliti.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 FORMULA YANG DISETUJUI
|
MASTER
FORMULA
MASTER FORMULA
Nama
Produk : Emulsi Parafin
Liquid
Tanggal
Produksi : 05-06-2014
No.Reg : DKL 1402020033 A1
Produksi
MKS-INA
|
EMULSI
PARAFIN LIQUIDUM
|
|||||
Tgl
produksi
05-06-2014
|
Tgl
formula
05-06-2014
|
formulator
Kelompok 4
|
Di
setujui oleh
|
|||
Kode
bahan
|
Nama
bahan
|
Kegunaan
|
Fase
air
|
Fase
minyak
|
Jml
perdosis
|
Jml
perbatch
|
PL - 01
|
Parafin liquid
|
Zat aktif
|
|
ü
|
20 g
|
200 g
|
SP – 02
|
Span 80
|
Emulgator
|
|
ü
|
0,57 g
|
20 g
|
TW - 03
|
Tween 80
|
Emulgator
|
ü
|
|
1,43 g
|
20 g
|
Nac - 04
|
Na CMC
|
Penambah viskositas
|
ü
|
|
1 g
|
10 g
|
BHT - 05
|
Butil Hidroxil
toluenum
|
Anti oksidan
|
|
ü
|
0,02 g
|
0,2 g
|
SR - 06
|
Sorbitol
|
Pemanis
|
ü
|
|
10 g
|
100 g
|
OC – 07
|
Oleum citrus
|
Pengaroma
|
ü
|
|
2 g
|
20 g
|
NB - 08
|
Natrium benzoat
|
Pengawet
|
ü
|
|
0,1 g
|
1 g
|
AQ - 09
|
Aquadest
|
Pelarut
|
ü
|
|
72,75 ml
|
727,5 ml
|
Farmakologi :
Indikasi :peradangan sekitar usus misalnya hemoroid,
paska operasi dan alergi
pada kulit.
Kontra indikasi : penggunaan pencahar pada pasien
dengan dugaan apendisitis, obstruksi
usus atau sakit perut yang tidak diketahui sebabnya, dapat membahayakan.Semua
pencahar tidak boleh di berikan pada pasien dengan mual, muntah, spasme, kolik
atau berbagai gangguan abdomen lainnya.
Farmakokinetek : khasiatnya sebagai lakasatif yaitu
obat yang di gunakan dalam terapi untuk
memeperlancar buang air, dengan memepercepat jalannya tinja dalam usus
dengan memepengaruhi konsistensi dan jumlah tinja dan kemudian untuk
pelepasannya dari rektum.
Efek samping : dapat menyebabkan alergi pada kulit
Deskripsi Indikasi
Menurut ISO halaman 461
obat
untuk saluran cerna adalah obat yang di gunakan dalam terapi untuk mengatasi
kondisi patologi yang terjadi dan terdapat pada sistem saluran cerna, apakah
oleh karena tekak lambung, mulas, sebah,kembung, sakit uluati,kolik,hemoroid,
ataukah oleh karena diare. Obat untuk saluran cerna yang diuraikan meliputi
antisida dan antiulkus, antibusa, antiemetik, antihemorrhoid, antispasmodik,
obat untuk diare dan lakasit.
III.1.1 Alasan penambahan
§ Span
80
Yang termasuk contoh dari surfaktan
yaitu setiltrimetil amonium dan polisorbatum 80 dimana surfaktan membantu
sediaan emulsi dalam membentuk suatu agregat dimana bahan atau partikel
tersebut berhubungan secara bersamaan.
§ Tween
80
Tween 80 menurunkan tegangan antar muka
antar obat dan medium sekaligus membentuk miselsehingga melokul obat akan
terbawa oleh misel larut dalam medium. Penggunaannya juga sebagai surfaktan
pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut
misel.
§ Na
CMC
Kelarutan NaCMC yaitu larut dalam air,
memberikan larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut organik. Ph = 1% dalam air dengan ph 6-8,5 stabil pada
range ph 5-10, fisikositas mucilago NaCMC menurun drastis pada ph <5 atau ph
>10. Mucilago ini lebih peka terhadap perubahab ph dari pada metaselulosa.
§ BHT
BHT merupakan zat antioksidan (anti
oksidan) yang ditambahkan pada minyak atau lemak agar tidak menjadi tengik. Itu
artinya minyak tersebut telah teroksidasi oleh udara. Zat anti oksidan itu
merupakan zat yang akan mencegah asam lemak tak jenuh yang terdapat pada minyak
/lemak pada agar tidak teroksidasi oleh cahaya mempunyai dampak besar pada
kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Maka dari itu diperlukan antioksidan
yang dapat mencegah terjadinya oksidasi makanan, antioksidan yaitu bahan untuk maencegah/menghambat
oksidasi.
§ Sorbitol
Alkohol-gula ini digunakan untuk laksans
secara oral maupun dalam klisma. Resorbsinya dari usus lambat dan tidak
menentu. Dalam hati sorbitol lambat laun di ubah menjadi fruktosa dan untuk
sebagian kecil langsung menjadi glukosa. Daya manisnya 50% dari sakarosa,
pasien diabetes boleh menggunakan sorbitol sebagai zat pemanis, maksimal 50g
sehari.
§ Oleum
citrus
Sensasi rasa dasar adalah asin, manis,
pahit dan asam. Suatu kombinasi zat pemberi rasa biasanya di perlukan untuk
menutupi sensasi rasa secara efektif.
§ Na
Benzoat
Suatu pengawet yang ideal dapat secara
dengan kualitatif sebagai salah satu kriteria berikut :
1.
Pengawet harus efektif
terhadap mikroorganisme terutama spektrum luas.
2.
Pengawet harus stabil,
secara fisik, kimia dan mikrobiologi selama masa berlaku produksi tersebut
3.
Pengawet harus tidak
toksik,tidak mensistensi, larut dengan memadai, dapat bercampur dengan
komponen-komponen formula dan dapa diterima, dilihat dari rasa dan bau pada
konsentrasi yang digunakan.
§ Air
suling
Air sering kali di gunakan sebagai
pembawa dan pelarut untuk masu di tambahkan bahan obat. Aquadest tidak berasa,
bebas dari iritasi dan kerusakan aktiftas farmakologi membuatnya ideal untuk di
gunakan.
111.1.2 Perhitungan bahan
a.
Perdosis
Parafin liquidum : 20/100 x 100 ml = 20
g
Spaan - 80 : 2/ 100 x 100
ml = 2 g = 0,57 g
Tween – 80 : 2/ 100 x 100
ml = 2 g = 1,43 g
Na CMC : 1/100 x 100 ml = 1 g
Na Benzoat : 0,1/ 100 x
100 ml = 0,1 g
BHT : 0,02 / 100 x100 ml = 0,02 g
Sorbitol : 10 / 100
x 100 ml = 10 ml
Oleum citrus : 2/100 x 100 ml
= 2 g
Aquadestilata : 100 ml –
(20+2+2+1+0,1+0,02+10+2)
100 ml – 47,12
= 62,88 ml
b.
Perhitungan
HLB
HLB Parafin = 12
HLB Tween = 15
HLB Span =
4,3
Konsentrasi surfaktan 2% = 2/100 X 100 =
2 g
Misal bobot tween-80 = a, maka bobot
span-80 = 2-a
(a x HLB tween-80) + (2-a x HLB Span-80)
= 2 x HLB Parafin
(a x 15) + (2 – a x 4,3) = 2 x 12
15a – 4,3a = 24-8,6
10,7a =
15,4
a =
tween-80 =
1,43
jadi, span-80 = 2 – 1,43
= 0,57
c. Perbatch
Parafin liquidum = 20g x 10 = 200g
Span-80 = 2g x 10 = 20g
Twen-80 = 2g x 10 = 20g
NaCMC = 1g x 10 = 10g
Na Benzoat = 0,1g x 10 =
1g
BHT =
0,02g x 10 = 0,2g
Sorbitol = 10g x 10 = 100g
Ol.citrus = 2g x
10 = 20g
Aquadest = 62,7 x 10 = 627g
111.1.3 Cara kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Dikalibras
botol ad 100 ml
3. Ditimbang
semua bahan yang akan di gunakan
4. Di
masukkan air panas ke dalam lumpang sebanyak 10 ml. Lalu masukkan NaCMC sedikit
demi sedikit hingga membentuk mucilago (campuran 1)
5. Fase air: Dimasukkan aquadest 20 ml dan tambahkah Tween
80, dilebur diatas penangas air hingga larut.
6. Fase minyak: Parafin liquid, span 80 dan BHT dilebur
diatas penangas air.
7. Dilarutkan Na Benzoat dan Sirupus simplex kedalam fase
air aduk hingga homogen.
8. Dimasukkan fase minyak kedalam lumpang, tambahkan
sedikit demi sedikit fase air sambil digerus dan ditambahkan Na CMC gerus
hingga homogen.
9. Diteteskan oleum citrus sebanyak 2 tetes dan digerus
hingga homogen lalu di masukkan kedalam wadah dan
cukupkan volumenya hingga 100ml
lalu di gojok dan diberi etiket.
BAB IV
PEMBAHASAN
Emulsi
adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Alasan
parafin liquid dibuat emulsi karena parafin liquid praktis tidak larut dalam
air dan hanya larut dalam jenis minyak dan juga untuk emulsi yang tipe minyak
dalam air yang di berikan secara oral memungkinkan pemberiannya yang harus
dimakan mempunyai rasa lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak
yang tidak enak rasanya, ukuran partikel minyak tersebut dapat juga
mempertahankan minyak agar lebih mudah di cerna dan diabsorbsi serta dapat
meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik.
Untuk
mengetahui antara fase minyak dan fase air apabila keduanya mempunyai volume
yang sama adalah dari bobot jenisnya, pada saat dimasukkan kedalam wadah fase yang memiliki bobot jenis besar maka
akan di bawah dan fase yang memiliki bobot jenis rendah akan di atas atau
mengembang.
Tujuan
dari pembuatan emulsi parafin liquid adalah untuk memberikan efek lakasif karena obat ini di gunakan dalam terapi untuk
memperlancar buang air, dengan mempercepat jalannya tinja dalam usus dengan
mempengaruhi konsistensi dan jumlah tinja dan kemudian untuk pelepasannya dari
rektum.
Dalam pembuatan sediaan emulsi ada 3 cara yang
digunakan, yaitu Metode Kontinental (Gom kering) adalah membuat emulsi
primer/awal/utama atau kospus emulsi terlebih dahulu dengan pebandingan
minyak:air:emulgator = 4:2:1.Metode Inggris Gom Basah) adalah cocok untuk
membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat kental. Dalam cara ini terlebih
dahulu dibuat musilago yaitu I bagian gom dengan 2 bagian air lalu ditambahkan
minyak sedikit demi sedikit minyak sambil digerus cepat. Metode botol adalah
cocok untuk membuat emulsi minyak yang mudah menguap (minyak atsiri) dan
mempunyai viskositas rendah (minyak yang tidak kental) karena percikan/semburan
dapat dicegah. Satu bagian emulgator kering dimasukkan kedalam botol dan
tambahkan 2 bagian minyak atsiri, lalu kocok hingga terbentuk emulsi. Tambahkan
fase luar sisa sedikit demi sedikit, kocok setiap penambahan. Metode Penyabunan
adalah cara ini untuk emulsi yang terjadi dengan zat pengemulsi sabun. Sabun
sebagai emulgator dan minyak sebagai asam lemak atau bereaksi dengan basa atau
alkali akan membentuk sabun.
Perbandingan fase dalam dengan fase luar seringkali
ditentukan oleh kelarutan zat aktif,yang harus terdapat pada suatu tingkat
efektif secara farmakologis. Jika hal ini bukan merupakan pertimbangan utama,
perbandingan fase secara normal di tentukan oleh konsistensi yang dikehendaki.
Sebagai patokan dapat dianggap bahwa emulsi cair dihasilkan dari tingkat fase
dalam yang rendah, sedangkan emulsi yang lebih berat merupakan hasil dari
presentasi fase dalam yang lebih tinggi.Berdasarkan fase terdispersinya emulsi
dibagi menjadi emulsi minyak dalam air (m/a) yaitu fase minyak terdispersi
dalam fase air dan emulsi air dalam minyak (a/m) yaitu fase air terdispersi
dalam fase minyak.
Adapun teori terbentuknya emulsi adalah teori tegangan
permukaan (surface tension). Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul
yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya
tari menarik antarmolekul yang tidak sejenis yang disebut daya adhesi. Daya
kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi.
Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang tejadi dibidang batas, semakin sulit
kedua zat cair tersebut bercampur. Teori orientasi bentuk baji (oriented wedge)
teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan
selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau
mudah larut dalam air (hidrofilik) dan
ada bagian yang suka minyak atau mudah
larut dalam minyak (lipofilik).
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya,
kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan
demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan minyak
antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu dilakukan
pemisahan bahan-bahan yang larut dalam air dan yang larut dalam minyak.Cara
kerja dalam sediaan ini adalah sebagai berikut. Pertama-tama
disiapkan alat dan bahan yang akan di butuhkan, kemudian kalibrasi botol ad 100
ml. Lalu ditimbang semua bahan yang akan digunakan. Kemudian di masukkan air
panas ke dalam lumpang sebanyak 10 ml. Lalu masukkan NaCMC sedikit demi sedikit
hingga membentuk mucilago (campuran 1). Untuk fase air: Dimasukkan tween 80, Na Benzoat dan
sirupus simplex kedalam cawan porselin lalu dipanaskan diatas penangas air.
Fase minyak: Dimasukkan paraffin liquid kedalam cawan porselin yang telah
berisi span 80 dan BHT lalu dipanaskan diatas penangas air.Kemudian dimasukkan
fase minyak kedalam lumpang, tambahkan sedikit demi sedikit fase air sambil
digerus, dan ditambahkan NaCMC lalu digerus hingga homogeny. Terakhir di teteskan dengan oleum citrus sebanyak 2 tetes dan dimasukkan
kedalam wadah dan cukupkan volumenya hingga
100 ml lalu di gojok dan di beri etiket.
Pada praktikum ini pemanis yang digunakan adalah
sorbitol,tetapi karena bahannya tidak ada (habis) maka sebagai penggantinya
digunakan sirupus simpleks.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah di
lakukan maka di simpulkan bahwa:
1.
Jumlah emulsi parafin
liquid yang berhasil di buat oleh kelompok 4 adalah sebanyak 3 botol yang
masing – masing berisi 100 ml
2. Bentuk
sediaan eliksir yang dibuat adalah berwarna putih
dengan aroma jeruk.
V.2. Saran
Saran untuk laboratorium sebaiknya
bahan yang akan digunakan harus dilengkapi agar praktikum dapat berjalan dengan
lancar dan memperoleh hasil yang kita inginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anief.
Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan
Praktik. Gadjah Mada Press.
Yogyakarta
Ansel,
H.C. 1981. Introduction to Pharmaceutical
Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesia. Edisi
ke-3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Lachman.
L. 1986. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. terjemahan Siti Suyatmi.
UI Press, Jakarta.
Syamsuni.
2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC, Jakarta
LAMPIRAN
sama2
BalasHapusobat pembesar penis
BalasHapusthanks your article
BalasHapusobat bius
jual obat tidur
jual obat bius
obat tidur