Pengenalan Alat dan Sterilisasi
BAB I
PENDAHULUAN
I. Maksud dan Tujuan
Maksud dari adanya praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat
mengenal alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum mikrobiologi
nantinya. Sedangkan tujuannya adalah agar praktikan dapat mengenal
alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, serta
mengetahui bagaimana cara pembersihan, penyiapan maupun penggunaan alat.
II. Prinsip praktikum
Dapat
memahami prinsip kerja, kegunaan, dan fungsi dari masing-masing alat,
beserta bagaimana cara mensterilkan dari masing-masing alat..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Mikrobiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat
mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk
yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat
dilihat dengan pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan,
mikrobiologi merupakan ilmu yang sangat penting, misalnya dalam
hubungannya dengan kerusakan atau kebusukan makanan sehingga dapat
diketahui tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk
menghindari terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi
juga penting dalam fermentasi makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan,
dan sebagainya. Adanya jasad renik di dalam
makanan mungkin tidak diinginkan jika jasad renik tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan kebusukan makanan, atau menyebabkan keracunan
bagi yang mengkonsumsinya. Tetapi dalam fermentasi makanan dan minuman,
pertumbuhan jasad renik justru dirangsang untuk mengubah
komponen-komponen di dalam bahan pangan tersebut menjadi produk-produk
yang diinginkan (4, hal 3).
Di
dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari
alat-alat yang berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang
fungsi dan sifat-sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang
digunakan pada laboratorium mikrobiologi hampir sama dengan
peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di laboratorium kimia yaitu
berupa alat-alat gelas antara lain : tabung reaksi, cawan petri, pipet
ukur dan pipet volumetrik, labu ukur (tentukur), labu erlenmeyer, gelas
piala, pH meter, gelas arloji, termometer, botol tetes, pembakar
spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan rak tabung.
Di
samping peralatan gelas tersebut pada laboratorium mikrobiologi masih
ada sejumlah alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop,
jarum ose (inokulasi), jarum preparat, gelas objek, kaca penutup,
keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator untuk membiakkan
mikroorganisme dengan suhu yang konstan, spektrofotometer untuk mengukur
kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk mencairkan medium,
maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung durham untuk penelitian
fermentasi.
Di
dalam pekerjaan mikrobiologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat
mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop.
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati
objek yang berukuran kecil. Mikroskop dalam bahasa Yunani dari micron
yaitu kecil dan scopos yaitu tujuan. Jadi, mikroskop adalah sebuah alat
untuk melihat objek yang terlalu kecil. Ilmu yang mempelajari benda
kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata
mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Daya
pembesaran mikroskop menyebabkan kita dapat melihat struktur
mikroorganisme yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang.
Pembesaran yang dapat mikroskop adalah sekitar 100 kali sampai 400.000
kali. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan objek yang
diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop
tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop electron (3).
Berdasarkan konstruksi dan kegunaan, maka mikroskop cahaya dibagi menjadi biological microscope (mikroskop biologis) dan stereo microscope
(mikroskop stereo). Berdasarkan cahaya yang melewati mikroskop maka
mikroskop cahaya dibagi menjadi mikroskop stereo, mikroskop medan
terang, mikroskop fourensensi, mikroskop fase kontras, mikroskop
interferensi, mikroskop polarisasi, dan mikroskop ultraviolet (1, hal 121).
Perbesaran
yang dicapai oleh suatu mikroskop adalah hasil kerja dua sistem lensa
yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif yang terdekat
dengan spesimen, dan lensa okuler, terletak pada ujung atas mikroskop,
terdekat dengan mata. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran
mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke
atas lensa okuler. Bayangan nyata tersebut, pada gilirannya, diperbesar
oleh okuler untuk menghasilkan bayangan pada mikroskop (2, hal 6).
Pada
mikroskop cahaya atau mikroskop monokuler mempunyai perbesaran maksimum
1000 kali. Mikroskop ini mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan
tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga
sistem lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa
okuler bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler).
Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif yang
bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat
meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga
adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan
lensa-lensa mikroskop yang lain (3).
Kondensor
adalah sistem lensa pengumpul cahaya di bawah pentas yang memusatkan
cahaya yang tersedia pada spesimen. Kondensor dapat digerakkan ke atas
dan ke bawah oleh pengatur kondensor. Kondensor berfungsi untuk
mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang akan difokus, sehingga
bila pengaturannya tepat akan diperolehdaya pisah maksimal. Jika daya
pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak menjadi satu. Perbesaran
akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik (2, hal 9).
Pada
pengerjaan mikrobiologi, diperlukan suatu kondisi yang benar-benar
aseptik dimana alat penunjang serta nutrient dan substrat harus
benar-benar steril. Hal ini berarti mikroba kontaminan harus dimatikan.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 121 oC selama 30 menit, yaitu
agar spora atau mikroba dapat dimatikan. Spora adalah sel istirahat
yang resisitan terhadap panas dan lingkungan yang berfungsi sebagai
tunas untuk berkembang biak selanjutnya. Udara tekan yang digunakan juga
harus dalam kondisi steril. Substrat yang berisi nutrien tidak peka
terhadap suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan pada 138 oC
selama 5 menit. Pada substrat yang berisi nutrien tetapi peka terhadap
suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan dengan penyaringan
bertekanan melalui saringan milipore diameter 0,22 µm (5, hal 11).
Yang
dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.
Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara
aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara
sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media
yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak
bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif (2, hal 55).
Sterilisasi diperlakukan pada :
1. Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol, dan kemasan lain.
2. Sterilisasi media cair dan nutrien untuk industry bioteknologi misalnya, obat-obatan dan enzim.
3. Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan pemonitor.
(5, hal 194)
Jenis-jenis sterilisasi berdasarkan cara sterilisasi dapat dibedakan atas:
1. Sterilisasi secara fisik
2. Sterilisasi secara kimia
3. Sterilisasi secara mekanik
4. Sterilisasi secara gas mikroksidal
5. Sterilisasi dengan saringan membrane
(5, hal 195)
Ada
tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan
bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau
sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas
kering atau sterilisasi panas kering. Di pihak lain, sterilisasi kimiawi
dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode
didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Metode sterilisasi
yang umum digunakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi adalah
yang menggunakan panas (2, hal 55).
Sterilisasi
basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang
mudah diangkat (portable) dengan menggunkan uap air jenuh bertekanan
pada suhu 121 oC selama 15 menit. Karena titik didih air menjadi 121 oC
itu disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer pada ketinggian permukaan laut,
maka daur sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai : 1
atm 15 menit. Pada tempat-tempat yang lebih tingginya diperlukan tekanan
lebih besar untuk mencapai suhu 121 oC. Karena itu daripada
menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan bahwa keadaan steril
dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121 oC selama 15 menit (2, hal 55).
Sterilisasi
basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat
ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110 oC dan 121 oC. Bahan-bahan
yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang
umum, air suling,peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang,
medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet (2, hal 56).
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah ;
1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator.
2. Semua
bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap, karena itu tabung dan
labu kosonga harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak
terperangkap di dasarnya.
3. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap uap.
4. Suhu sebagaimana yang terukur oleh thermometer harus mencapai 121 oC dan dipertahankan stinggi itu 15 menit.
(2, hal 56)
Sterilisasi
panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak merusak,
menyala, hangus, dan menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang
biasa disterilkan dengan cara ini antara lain pecah belah seperti pipet,
tabung reaksi, cawan petri dari kaca, botol sampel, juga peralatan
seperti jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti
gliserin, minyak, vaselin, dan bahan-bahan berupa bubuk. Bahan-bahan
yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau
menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi
setelah dikeluarkan dari oven (2, hal 57).
Proses
sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan.
Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme
hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang
sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar
tertahan di atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang
steril. Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini
ialah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium sintetik
tertentu, dan antibiotik (2, hal 58).
BAB III
METODE KERJA
Cara Kerja
Mengamati
alat-alat yang akan digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, serta
dapat memahami prinsip kerja dan fungsi dari masing-masing alat, dan
dapat menggambar masing-masing alat yang digunakan.
BAB V
PEMBAHASAN
1. Alat-alat Sterilisasi
Alat-alat sterilisasi meliputi Otoclaf, Oven, Ozonsterilizer, dan Lampu Spritus. Oven
merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering,
dimana oven berfungsi mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak
bersekala. Perinsip dari oven ini sendiri adalah menghancurkan lisis
mikroba menggunakan udara panas kering.
Ozonsterilizer
berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak bersekala.
Ozonsterilizer terdiri atas dua bagian, yakni bagian atas dan bagian
bawah. Bagian atas ozonsterilizer mempunyai prinsip kerja membunuh
mikroba menggunakan ozon (O3),
dimana ozon dapat merusak mekanisme dari mikroba sehingga sel protein
pada mikroba mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan
kematian pada mikroba, dan ozon (O3)
itu sendiri bersifat racun. Bagian bawah dari ozonsterilizer (elektra)
berfungsi mensterilisasikan medium menggunakan sinar lampu dengan panas
tinggi, dimana cara kerjanya hampir sama dengan oven.
Otoclaf
berfungsi mensterilisasikan alat-alat bersekala menggunakan uap air
panas. Dimana uap air panas akan merusak protein mikroba hingga
mengalami koogulasi, pada saat itu protein akan mengendap (denaturasi)
dan menyebabkan kematian pada mikroba. Saat penggunaan otoclaf penutupan
harus benar-benar rapat agar uap air yang bertekanan tinggi masuk kedalam atau beruduksi ke alat.
Lampu
spritus merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta untuk
mensterilisasikan mikroba. Lampu spritus juga mempunyai fungsi lain,
yakni mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium.
2. Alat-alat perhitungan koloni mikroorganisme.
Alat-alat
yang tergolong dari alat perhitungan koloni adalah coloni counter dan
cawan petri. Coloni counter merupakan alat yang berfungsi sebagai
penghitung jumlah mikroba pada cawan petri menggunakan sinar dan luv.
Perhitungan mikroba dapat dilakukan dengan perbesaran menggunakan luv
atau dengan menandai beberapa koloni yang terdapat pada cawan petri
menggunakan bulpoint yang terdapat pada coloni counter dan juga
menggunakan tombol check.
Cawan petri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan mikroba secara kuantitatif dan sebagai tempat pengujian sampel.
3. Alat lainnya
Mikroskop
berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat mikroorganisme yang tak
dapat dilihat oleh mata. Cara penggunaan mikroskop adalah dengan
membelakangi bagian belakang mikroskop. Mikroskop yang digunakan antara
lain elektron, mikroskop cahaya, dan mikroskop kemera. Mikroskop cahaya
(Monokoler) berfungsi untuk melihat objek dengan bantuan cahaya.
Mikroskop ini digunakan dengan satu mata, sehingga bayangan yang
terlihat hanya memilki panjang dan lebar, dan memberikan gambaran
mengenai tingginya. Prinsip kerja dari mikroskop ini adalah dengan
memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa
objektif. Di lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya,
terbalik dan diperbesar. Kemudian bayangan akan diteruskan dan
menghasilkan bayangan tegak, nyata dan diperbesar oleh mata pengamat.
Semakin banyak cahaya yang dipantulkan melalui cermin, maka akan semakin
terang pula mikroorganisme yang dilihat. Mikroskop ini memiliki
pembasaran objektif (10x dan 40x) serta pembesaran okuler (10x).
Mikroskop elektron (Biokuler) berfungsi untuk melihat objek dengan
bantuan elektron atau cahaya lampu. terdiri atas empat lensa objektif
dengan empat pembesaran, 10x, 25x, 40x dan 100x. Saat pengunaan menggunakan pembesaran 100x, ditambahkan
minyak emersi di atas gelas objek. Tujuannya adalah untuk mengurangi
sudut bias akibat banyaknya cahaya yang dipantulkan. Tanpa minyak
emersi, maka objek yang akan diteliti, tidak akan terllihat. Mikroskop
ini digunakan saat melihat struktur dan melakukan pewarnaan bakteri. Mikroskop
kamera (Triokuler) berfungsi sebagai pengambil gambar (objek). Lensa
okuler yang terdapat dalam mikroskop ini sejumlah tiga lensa okuler.
Mikroskop ini dapat mengambil gambar dari preparat. Maka dari itu,
mikroskop ini hanya akan digunakan bila ingin mengambil gambar objek
yang akan diamati. Prinsip kerjanya sama seperti mikroskop cahaya, hanya
ada sedikit perbedaan dalam mengoperasikannya.
Centrifuge
merupakan alat yang berfungsi sebagai pemisah zat dalam cairan yang
diduga dapat mengendap dengan cara pemutaran menggunakan kekuatan
rotasi. Dengan pemutaran kecepatan tertentu, zat-zat yang tidak terlarut
akan mengendap. Satuaan yang digunakan pada centrifuge adalah Rpm
(Rotation per meter). Perinsip kerja dari alat ini adalah zat yang akan
dipisahkan dimasukkan kedalam tabung yang
terdapat pada centrifuge, kemudian menutup lubang pada centrifuge agar
udar yang masuk tidak mempengaruhi zat yang akan dipisah. Setelah itu
tentukan waktu dan rotasi putaran yang diinginkan, dengan memutar tombol
Timer dan Rotation.
Sepektrometri
adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kepekatan dalam larutan
menggunakan cahaya. Prinsip kerja alat ini adalah membiaskan cahaya
kedalam kupet yang berisi sampel (zat), sebagian sinar akan ada yang
diteruskan dan sebagian lagi akan diserap. Saat pemasangan kupet ke
dalam sepektometri tidak boleh menggunakan tangan, karena minyak yang
terdapat pada tangan akan menempel pada kupet dan mempengaruhi hasil
akhirnya.
Pipet
volume adalah alat yang berfungsi sebagai pengambil larutan atau sampel
sesuai dengan jumlah yang kita tentukan. Pipet gondok berfungsi sama
seperti pipet volum, hanya saja pengambilan larutan sudah ditentukan.
Cara sterilisasinya menggunakan otoklaf.
Lumpang dan Alu berfungsi
sebagai tempat menggerus bahan yang akan diuji, disterilisasi dengan
cara dimasukkan alkohol 70%, lalu dimasukkan api sampai padam. Objek gelas digunakan dalam meneliti kapang dan cover glass berfungsi melindungi sampel.
Tabung
reaksi berfungsi sebagai tempat media pertumbuhan mikroba alam bentuk
media tegak atau miring yang disumbat dengan kapas, dibulatkan lalu
disterilkan dengan kapas berada tetap di atasnya dan diikat, sedangkan
rak tabung sebagai tempat untuk meletakkan tabung reaksi.
Tabung Durham berfungsi untuk menangkap gas O2 yang dihasilkan dari hasil fermentasi mikroorganisme biasa digunakan dalam medium cair. Cara sterilisasinya menggunakan alat otoklaf.
Ose berfungsi untuk mengambil dan menggores MO, terdiri dari ose lurus untuk menanam MO dan ose bulat untuk menggores MO yang biasanya berbentuk zig-zag.
Paper Disk merupakan alat yang terbuat dari kertas saring dan dicelupkan ke dalam cairan antibiotik, disterilisasi dengan oven.
Pinset
berfungsi untuk menjepit atau mengambil pencadang, sterilisasinya dapat
dilakukan dengan dibakar menggunakan lampu spiritus. Sedangkan
pencadang berfungsi untuk melihat daerah hambatan atau zona halo yang
diisi dengan antibiotik. Ukurannya yaitu diameter luar = 8 mm, diameter
dalam = 6 mm, panjang = 10 mm. Pencadang disterilisasi dengan dimasukkan
ke dalam cawan petri lalu dimasukkan ke dalam oven.
Timbangan Analitik
berfungsi untuk menimbang bahan kimia. Timbangan ini memiliki batas
maksimal penimbangan. Jika melewati batas tersebut, maka ketelitian
perhitungan akan berkurang.
Tabung reaksi
berfungsi sebagai tempat untuk melarutkan bahan, menampung larutan, dan
tempat untuk mencampurkan bahan lalu dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Alat ini dapat disterilisasikan dengan dibungkus terlebih
dahulu dengan kertas saring bagian atasnya lalu dibungkus dengan kertas
dan diikat, lalu dimasukkan ke dalam otoklaf.
Labu erlenmeyer
berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium, memanaskan larutan, dan
menampung hasil dari penyaringan. Alat ini dapat disterilisasikan dengan
ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan kapas, lalu disterilisasi
dengan menggunakan otoklaf.
Neraca Ohauss 311 merupakan alat yang digunakan untuk menimbang medium. Pada saat dilakukan penimbangan, digunakan kertas timbang.
Spoid berfungsi
untuk mengambil larutan, zat hasil pengukuran, atau zat yang mau diuji.
Alat ini dapat disterilisasikan dengan menggunakan otoklaf (uap air
bertekanan) dimana sebelum disterilisai dibungkus terlebih dahulu.
Mikrometer skrup
berfungsi untuk mengukur tebal dan tipis (diameter) atau luas daerah
anti bakteri. Alat ini memiliki dua skala, sehingga memiliki tingkat
ketelitian yang lebih tinggi dan tidak perlu disterilisasikan.
BAB VI
PENUTUP
I. Kesimpulan
Alat-alat
Sterilisasi : Ozontsterilizer, Oven, Otoclaf, Lampu spiritus, Alat-alat
Perhitungan Koloni Mikroorganisme, Coloni counter.
Alat-alat
lainnya : Centrifu, Gelas ukur, Gelas kimia, Labu ukur, Labu
erlenmeyer, Lumpan dan alu, Neraca ohauss, Pipet volume, Pipet gondok,
Mikropipet, Mukrometr skrub, Pinset, Spoid, Glass objek, Cover glass,
Inkubator, Kulkas, Tabung reaksi,Tabung durham, Ose lurus, Ose bulat,
Peperdisk.
Timbangan analitik : Spektrofotometri, Pencadang, Mikroskop cahaya, Mikroskop elektron, Mikroskop kamera
II.Saran
Alat
yang akan digunakan terlebih dahulu harus disterilisasikan atau
benar-benar steril. Praktikan sudah dapat mengetahui pengelompokkan
alat-alat yang akan distrilisasi dan cara mensterilisasi, seperti
perlakuan khusus pada alat-alat berskala maupun lainnya. Saat memegang
alat sebaiknya praktikan menggunakan handspon, agar dipastikan alat
benar-benar steril.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabriel, J.F., 1988, Fisika Kedokteran, EGC; Jakarta, hal.
2. Hadioetomo, Ratna Siri, 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta, hal. 6, 9, 55-58.
3. Http://bima.ipb.ac.id/
4. Kardiaz, Srikandi, 1992, Mikrobiologi Pangan I, Gramedia; Jakarta, hal. 3.
5. Suharto, Ign., 1995, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Andi Offset;
Yogyakarta, hal. 11, 194-195.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar